43

11.4K 1.9K 224
                                    

Elden yang sedang duduk di singgasananya, mendecak malas saat alunan musik dengan tempo pelan mulai mengalun. Musik yang menjadi pertanda jika kini telah memasuki pertengahan acara dimana pesta dansa akan segera digelar. Para tamu jamuan secara otomatis menepi, memberi ruang yang cukup luas di tengah-tengah aula yang akan segera menjadi lantai dansa.

Jika biasanya di kerajaan lain para undangan akan menunggu Raja terlebih dahulu untuk memulai, maka berbeda dengan kerajaan Vantiago. Lebih tepatnya, berbeda dengan Raja mereka saat ini. Semua penduduk kerajaan Vantiago tau, jika sang Raja tidak akan pernah beranjak dari singgasananya demi mengajak seorang wanita untuk turun ke lantai dansa. Sudah sedari dulu, sejak ia masih menjadi seorang Pangeran. Hanya satu wanita yang pernah menjadi pasangan dansa sang Raja. Wanita itu adalah Ibunya, selir Raja terdahulu, Delarosa. Setelah Ibunya tiada, Elden tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di lantai dansa.

Alhasil, pesta dansa tersebut dibuka oleh sang pemilik jamuan, Leonora. Ia melangkah ke lantai dansa bergandengan dengan sang Kakak. Samuel membungkuk dengan tangan kiri di belakang punggung, sedang tangan kanannya terulur di hadapan sang Ibu Suri. Sesaat setelah uluran tangan Samuel disambut, keduanya mulai berdansa mengikuti tempo musik.

Tidak berselang lama setelah kedua petinggi Wester itu memulai, para tamu jamuan juga mulai ikut dengan menggaet pasangan masing-masing ke lantai dansa. Lalu kemudian, pesta dansa itu digelar dengan meriah dan suka ria.

Letizia yang berdiri di sisi lain aula, hanya menebar senyum palsunya seolah ikut antusias. Ia memilih menjadi penonton walau para bangsawan pria berlomba-lomba mencari perhatian dan silih berganti mengajaknya untuk menjadi pasangan dansa.

Tidak ada yang menarik baginya sampai kemudian matanya menangkap sosok Antonio yang berdiri di sisi aula yang bersebrangan dengannya. Kedua sudut bibirnya tanpa sadar terangkat, membentuk senyum kecil menawan di wajah cantiknya. Ya, setidaknya ada Antionio dari semua hal yang tidak menarik di aula ini.

Namun, hal yang terjadi selanjutnya membuat suasana hati Letizia seketika menjadi buruk. Beberapa wanita tiba-tiba saja datang menghampiri Antonio. Secara terang-terangan mereka menunjukkan ketertarikan dan berusaha menarik perhatiannya. Bahkan tanpa rasa malu mengajak Antonio untuk berdansa bersamanya. Hei, pencuci matanya saat ini dikerumuni para perempuan genit yang haus akan belaian. Sialan!

Letizia mendecak pelan, ia berbalik dan beranjak menuju meja yang tersedia banyak minuman di sana. Tangannya terulur, mengambil satu gelas yang berisi meminum dengan warna merah pekat. Letizia meneguk minumannya dengan sorot tajam yang terus terarah pada wanita-wanita yang mengerumuni Antonio. Saat sibuk mengutuk wanita-wanita itu dalam benaknya, sang Ibu tiba-tiba datang menghampirinya.

"Bukankah kau sudah sangat dekat dengan Yang Mulia?" tanya Melanie dengan suara pelan.

Letizia menoleh dengan kerutan samar di dahinya. "Kenapa Ibu?"

"Tidak bisakah kau mengajak Yang Mulia berdansa? Itu akan menjadi berita besar jika kau bisa mengajaknya turun ke lantai dansa."

"Tapi Ibu, Itu akan sulit. Walau aku sudah dekat dengan Yang Mulia, mengajaknya berdansa sepertinya adalah hal yang mustahil. Ibu dan seluruh penduduk kerajaan tau bagaimana Yang Mulia Raja." Letizia menjelaskan dengan nada tenangnya.

"Kau tidak akan tau jika belum mencobanya," ucap Melanie.

"Tapi Ibu-"

"Ck! Kau ini sungguh tidak bisa diharapkan." Melanie memotong ucapan Letizia dengan sorot mata meremehkan. Ia kemudian melangkah pergi, meninggalkan Letizia dengan sejuta kekesalan dalam benaknya.

Letizia memejamkan matanya sambil meremat gelas minumannya. Kepalanya mulai terasa panas, seakan siap untuk segera meledak. Suasana hatinya makin memburuk kala Ibunya juga turut merusak malamnya. Ia menghela napas pelan, mencoba meredam rasa kesalnya. Matanya kembali terbuka, berharap menemukan sesuatu yang kiranya bisa mengembalikan suasana hatinya yang runyam. Namun yang ia lihat justru wajah datar Elden, yang duduk di singgasananya sambil menopang dagu dengan tatapan lurus ke depan.

Princess CastleWhere stories live. Discover now