9

25.7K 3.7K 34
                                    

Bunyi pedang yang saling bertumbuk begitu jelas terdengar di lapangan tempat para prajurit berlatih. Dua pria yang sedang beradu ketangkasan di tengah lapangan, menjadi tontonan menarik bagi prajurit lain yang sedang duduk bersantai dipinggir lapangan.

"Kalahkan dia!"

"Kenapa lama sekali?! Cepat tumbangkan!"

"Ayo!"

Sorak semangat dari para prajurit di pinggir lapangan mengiringi latih tanding tersebut. Suara gaduh terus terdengar sampai seseorang muncul dari lorong yang menghubungkan lapangan tempat mereka latihan dengan taman tengah istana.

Laki-laki bersurai hitam dengan setelan jas resmi berekor berwarna hitam dan celana berwarna putih berjalan begitu angkuh dengan tatapan dingin andalannya. Kedatangannya membawa aura mencekam sehingga lapangan yang sebelumnya riuh itu kini sunyi senyap.

Para prajurit menunduk memberi hormat saat laki-laki dengan tatapan penuh intimidasi itu mendekat. "Hormat kami, Yang Mulia! Semoga berkah langit Vantiago selalu menyertai Anda!" ucap mereka bersamaan dengan suara lantang.

Seperti biasa, laki-laki itu tidak menanggapi. Ia terus berjalan hingga tiba di depan kedua pria yang sebelumnya sedang latih tanding. "Lawan aku," ucapnya tiba-tiba.

Kedua pria yang masih menunduk hormat itu saling melirik satu sama lain. Pria berambut cokelat gelap dengan gugup berkata, "Ka-kami tidak mengerti Yang Mulia."

Elden mengangkat sebelah alisnya "Apa kalian tak mendengarku?" tanyanya yang terdengar seperti ancaman.

Dengan perasaan takut, mereka kemudian mengangkat kepala secara perlahan, menatap sosok pria paling menakutkan seantero kerajaan Vantiago itu. "Yang Mulia ingin latih tanding dengan kami?" tanya Pria berambut pirang.

Elden mendengus, "Apa aku terdengar sedang memintamu?" Ia memberi jeda pada ucapannya. "Aku sedang memerintahmu!" Sambungnya dengan penekanan pada tiap ucapannya.

Kedua pria itu sontak berlutut di hadapan Rajanya. Dengan suara bergetar, pria bersurai pirang berkata "Ampun Yang Mulia! Mana mungkin kami berani melawan Anda."

Tanpa aba-aba, Elden menarik pedang milik salah-satu pria di hadapannya  lalu mengarahkan ujung pedang itu di hadapan keduanya. "Lawan atau mati?"

Suasana di tempat itu makin mencekam. Tak ada satupun dari para prajurit berani membantu atau bahkan sekedar membuka mulut. Mereka bungkam karena takut dan juga bingung dengan kedatangan Elden yang tiba-tiba. Para prajurit sama sekali tidak menduga dengan kedatangan sang Raja di tempat latihan. Raja bahkan sampai memberi perintah untuk latih tanding melawannya.

"Yang Mulia!"

Seorang pria bersurai abu gelap jalan dengan tergesa-gesa menghampiri sang Raja. Ia sebelumnya berada di ruang tempat penyimpanan senjata yang letaknya tak jauh dari lapangan. Saat tak mendengar suara gaduh dari luar, pria itu keluar untuk memeriksa. Namun tanpa ia sangka, penyebabnya adalah sang Raja.

Pria itu menunduk hormat lalu dengan gugup bertanya. "A-apa yang terjadi, Yang Mulia?"

Elden menurunkan pedangnya, lalu menoleh menatap pria itu "Hanya kejadian kecil, Panglima Lex. Prajuritmu tak mau mematuhi perintah ku."

Pria yang dipanggil Panglima Lex itu terbelalak kaget. Ia lalu menatap kedua prajurit yang masih berlutut di depan Elden dengan tatapan murka "Apa kalian berdua sudah bosan hidup?!"

Elden menancapkan ujung pedang ke tanah. Kedua tangannya bertumpu diatasnya. Ia mengedarkan pandangannya menatap para prajurit sambil berkata, "Aku ingin latih tanding, Lex. Tapi tak ada satupun dari prajuritmu yang mau melawanku."

Princess CastleWhere stories live. Discover now