49

10.6K 2K 271
                                    

"Jadi kau mengenal wanita itu?"

Suara dengan intonasi sedikit tinggi itu membuat Lexius terperanjat. Buru-buru ia membungkukkan tubuhnya lalu berkata, "I-iya, Yang Mulia."

"Dari mana kau mengenalnya? Apa kau pernah bertemu dengannya? Di mana? Kapan? Bagaimana?" Rentetan pertanyaan itu penuh penekanan di tiap katanya, membuat Lexius lagi-lagi bergidik ngeri di tempatnya.

"Hamba bertemu dengannya di kerajaan Alley, Yang Mulia. Hamba sudah pernah menceritakannya pada Anda setelah kembali dari kerajaan Alley," jawab Lexius takut-takut.

kerutan nampak kian dalam di kening Elden. Ia terdiam sejenak mengingat-ingat rentetan laporan yang diberikan Lexius setelah kembalinya ia dari tugasnya sebagai mata-mata di kerajaan Alley 2 tahun silam.

"Oh, jadi Putri buangan yang dikurung di bangunan kecil yang dulu kau ceritakan adalah wanita itu?"

"Iya, Yang Mulia."

"Lalu kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" tanya Elden.

"Saya berpikir jika Yang Mulia sudah tau."

Sebelah alis Elden terangkat, "Kenapa kau bisa berpikir demikian? Apa aku pernah mengatakannya padamu?"

Lexius menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Maaf, Yang Mulia. Hamba menarik kesimpulan sendiri. Hamba berpikir Anda membawa Putri Azura ke Vantiago karena mengenalnya dari cerita yang hamba sampaikan. Sebab itulah hamba tidak mengatakan jika hamba mengenalnya."

"Jadi seperti itu," Rasa curiga yang tadi bercokol di hatinya, sedikit mereda. Elden menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya lalu berkata, "Ya, kau tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Aku membawanya ke Vantiago bukan karena mengenalnya. Wanita itu cukup unik hingga mampu menarik sedikit atensiku pada waktu itu. Lagipula, kenapa kau tidak menceritakan jika dia memiliki rambut perak? Jika kau dulu menceritakan itu, mungkin aku sudah mengenalinya saat pertama kali bertemu."

"Hamba dulu sudah ingin menceritakannya, namun Anda mengatakan tidak tertarik dan menyuruh hamba untuk melaporkan hal lain," jawab Lexius.

"Oh, benarkah?" Elden berdeham. "Kalau begitu, kau bisa menceritakannya sekarang."

"Sekarang? Tapi itu sudah lama, Yang Mulia. Lagipula, Anda sudah bertemu dengannya."

"Tidak masalah. Jika menyangkut wanita itu, aku tidak ingin melewatkannya barang sedikitpun."

Raut bingung Lexius seketika lenyap. Senyum tipis tersungging di wajahnya dengan kedua netra menyorot penuh makna pada sang Raja. Sekarang ia paham mengapa Elden bersungut-sungut padanya. Awalnya ia mengira jika telah melakukan kesalahan fatal. Namun ternyata, Rajanya itu sedang menaruh rasa pada sang wanita.

"Ada apa dengan tampang bodohmu itu? Apa perintahku kurang jelas di telingamu?" ucap Elden sedikit kesal.

Lexius buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia menegakkan posisi tubuhnya lalu mulai menceritakan tentang kehidupan Azura yang ia ketahui selama 3 bulan menjadi mata-mata di kerjaan Alley.

Dua tahun lalu, sebelum Lexius menjabat sebagai panglima pasukan keamanan kerajaan, ia adalah pengawal pribadi Raja bersama dengan Jenderal perang, Cristian Bautista. Berbeda dengan Cristian yang diketahui publik sebagai seorang pengawal Raja, Lexius justru tidak disadari eksistensinya. Ia menjaga keamanan Raja dari bayang-bayang. Mengintai musuh-musuh Raja dalam senyap tanpa suara. Keahliannya dalam penyamaran membuat dirinya tidak pernah gagal menjalankan tugasnya. Karena keahlian itu pula, Elden mengirimnya ke kerajaan Alley untuk menjadi mata-mata.

Princess CastleOn viuen les histories. Descobreix ara