36

13.4K 2.2K 93
                                    

Azura duduk termenung sambil menatap langit malam dari jendela kamarnya. Tidak adanya bintang dan bulan yang menghiasi langit, seolah menjadi pelengkap bagi Azura yang sedang merasa hampa dan sendirian di kesunyian malam. Beberapa jam ia lewati tanpa beranjak sedikitpun dari tempat duduknya. Tidak menghiraukan bokongnya yang sudah terasa kebas karena terus-terusan bersentuhan dengan kerasnya kursi kayu.

Terhitung dua minggu telah berlalu sejak hari di mana Azura pertama kali menginjakkan kakinya di laur istana. Setelah hari itu, semua berjalan seperti biasanya. Hukuman dari Elden yang sebelumnya menjadi mimpi buruknya, sama sekali tidak ia terima. Ia bingung, tentu saja. Mengingat bagaimana besarnya kesalahan yang ia perbuat, mengingat bagaimana laki-laki itu yang sangat tidak suka jika ditentang dan juga dibohongi. Tapi sampai 14 hari terlewatkan, ia belum juga menerima hukumannya.

Beberapa hari belakangan ini, Azura lebih banyak menghabiskan waktunya di kastil. Ia tidak lagi menyelinap keluar saat malam tiba untuk menemui Antonio. Bukan karena ia bosan dan tidak mau lagi bertemu dengan Antonio, lima hari yang lalu adalah hari terakhir ia bertemu dengan laki-laki bersurai pirang itu sebelum hari berikutnya ia kembali ke tempat kerjanya, yang entah dimana, Azura tidak diberitahu. 

Bukan hanya Antonio, perempuan dengan surai perak itu juga tidak pernah lagi berjumpa dengan Cristian. Sehari setelah kepergian Antonio, Laki-laki yang ia panggil 'Tuan rambut merah' itu menitipkan surat pada Callista, pelayan pribadinya. Isi surat itu mengatakan jika ia akan pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan tugas dari sang Raja.

Mengingat bagaimana Antonio dan Cristian yang selama ini mengisi waktu luangnya, Azura berpikir jika ketiadaan kedua laki-laki itu yang membuatnya tidak bersemangat menjalani hari-harinya. Namun pemikirannya itu mulai ia ragukan belakangan ini. Jika memang kedua laki-laki itu penyebab dibalik rasa kosong dan sepinya, ia pasti akan merasakannya setelah kedua laki-laki itu pergi. Namun perasaan tak jelas dalam hatinya sudah terasa bahkan ketika Azura masih bertemu dengan Antonio di luar kastilnya.

Cristian, teman bermainnya bukanlah penyebab akan rasa hampanya. Bukan pula Antonio, teman berbagi ceritanya yang menjadi penyebab sesuatu dalam dirinya hilang. Ada sesuatu atau mungkin seseorang yang menjadi penyebab atas perasaan tidak berpola yang kini dirasakan Azura. Satu nama selalu muncul di benaknya, namun juga selalu ia tolak karena merasa hal tersebut tidaklah mungkin.

Azura menoleh, menatap lurus ranjang yang masih rapi tidak tersentuh. Tempat tidur yang tidak pernah lagi ia gunakan karena seseorang telah mengklaimnya sebagai properti miliknya. Bahkan sampai malam ini ia tidak tidur di tempat itu padahal sang pemilik tidak pernah lagi datang ke kastil rose.

Ya, seseorang itu adalah Elden. Laki-laki dengan mata biru itu tidak pernah lagi Azura lihat sosoknya semenjak bertemu di ibu kota. Tidak seperti Antonio dan Cristian yang berkabar sebelum pergi, Elden benar-benar hilang bak ditelan bumi. Walau selama ini Azura selalu berharap agar Elden tidak pernah lagi datang ke kastil dan mengganggu ketenangan hidupnya, namun ia tidak pernah berharap berada di posisi dengan perasaan tidak jelasnya seperti saat ini.

Mata hijaunya senantiasa menatap ranjang dengan ukuran sedang itu yang kini tidak lagi menampakkan sosok Elden yang duduk bersandar sambil mendengarkan cerita Azura dalam diam hingga subuh menjelang. Keningnya yang selalu berkerut dalam serta mata birunya yang memicing tajam kala Azura bertingkah atau menceritakan sesuatu yang membuatnya kesal, tidak lagi Azura lihat. Suara beratnya yang seenaknya memerintah ini itu, tidak pula lagi Azura dengar.

Azura memejamkan mata erat sembari menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir bayang-bayang wajah menjengkelkan Elden yang tanpa etika dan sopan santun selalu berkeliaran di otaknya.

"Ah, dasar! Kemana jendral batu es itu pergi?" monolog Azura dengan raut wajah kesal.

Ia kemudian menoleh, menatap pintu kamarnya yang senantiasa tertutup tanpa menampilkan sosok yang selama ini dinanti-nanti. Azura bahkan mengurungkan niatnya untuk pergi ke danau hanya karena takut jika Elden tiba-tiba ke kastil dan ia tidak sempat bertemu dengannya.

Princess CastleWhere stories live. Discover now