48

11.1K 1.8K 257
                                    

Pintu sebuah ruangan dengan nuansa sedikit gelap itu terbuka. Sang tamu masuk setelah mendapat persetujuan. Tubuhnya membungkuk memberi hormat sesaat setelah tiba di hadapan sang pemilik ruangan sekaligus pemilik kerajaan Vantiago.

"Salam, Yang Mulia. Semoga berkah langit selalu tercurah kepada Anda."

Sang Raja mengalihkan pandangannya dari tumpukan kertas pada sosok laki-laki tinggi di hadapannya. Ia meletakkan pena bulunya dan segera memusatkan atensi terhadap laporan yang akan segera di sampaikan laki-laki tersebut.

"Apa ada kabar terbaru, Lex?"

Lexius Raymond, sang panglima pasukan keamanan kerajaan menegakkan posisi tubuhnya. "Belum ada, Yang Mulia."

"Ck! Terlalu lama. Sebenarnya apa yang dilakukan Cristian di sana?"

"Dari laporan terakhir, Jenderal Bautista telah mengumpulkan beberapa saksi. Namun belum cukup untuk menguatkan bukti," jawab Lexius.

Elden menyandarkan punggungnya. "Sudah berhari-hari dia di sana, dan hanya itu yang dia dapatkan? Tidak becus. Sepertinya aku harus mencopot jabatannya setelah dia kembali kesini."

Lexius mengatupkan bibirnya. Seketika rasa takut datang saat menyadari jika tugas yang diberikan padanya juga belum menemukan titik terang. Harap terus bertala-tala, agar kiranya sang Raja tak turut mempertanyakan kinerjanya.

"Lalu kau? Bagaimana dengan penyelidikanmu?"

Sepertinya harapannya tak didengar. Walau sebelumnya sudah mempersiapkan diri saat akan bertemu dengan Raja, tetap saja rasa takut menghampirinya jika sudah bertatapan langsung dengan kedua manik biru sang penguasa.

"Belum ada data lain kecuali fakta keberadaan dua pelaku di lokasi kejadian, Yang Mulia."

Elden mendengus, "Sama saja. Penyelidikanmu juga tidak ada perkembangan selain kalimatmu yang sedikit lebih panjang."

"Maaf atas kurangnya kemampuan hamba, Yang Mulia."

"Kalian ini sungguh tidak bisa diandalkan. Antonio dan Letizia sebagai harapan satu-satunya juga sama tidak becusnya." Elden mengurut pangkal hidungnya dengan raut frustasi. Banyak hari telah terlewati dan pekerjaan yang ia berikan pada bawahannya tak ada satupun yang mendatangkan informasi.

"Maaf Yang Mulia, bukannya Tuan Cassano dan Nona Wester sudah bertemu dengan Dokter itu? Lantas apa yang menjadi kendala?" Lexius dengan otak liciknya menitikberatkan pembicaraan pada tugas Antonio dan Letizia.

"Kendalanya adalah Antonio."

Kerutan nampak di kening Lexius, "Maksud Yang Mulia?"

"Kinerjanya memburuk dikarenakan dirinya sedang meratapi kepergian seseorang yang katanya wanita paling dicintainya." Cibiran sangat jelas dari nada suaranya ketika menyebut tiga kalimat terakhir.

"Maksud Anda Az— Putri Azura?"

"Memangnya siapa lagi?" ucap Elden terdengar kesal.

"Lalu kenapa Yang Mulia tidak mengatakan saja yang sejujurnya pada Tuan Cassano? Jika Beliau mengetahui yang sebenarnya, beban yang selama ini menghambatnya akan sirna dan pekerjaannya agar segera terselesaikan."

Kerutan pada kening Elden makin dalam, nyaris membuat kedua alisnya saling terhubung. "Maksudmu, aku harus mengatakan yang sejujurnya pada Antonio bahwa wanita pujaannya tidak mati terbakar melainkan sedang bersenang-senang di luar istana? Tidak akan!"

"Tap—"

"Jika aku mengatakan yang sejujurnya, Antonio akan segera pergi menemui wanita itu. Aku tentu tidak akan membiarkannya. Biar saja Antonio menderita. Dia sudah terlalu jauh di depanku dalam hal mendekati wanita itu. Kalau tidak bisa mendahuluinya, setidaknya akan kubuat langkah kami sejajar dengan tidak memberitahu Antonio yang sebenarnya."

Princess CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang