38

13.8K 1.9K 68
                                    

"Nona, Anda baik-baik saja?"

Azura yang sedang menopang pipinya dengan kedua tangan di atas meja belajarnya, menggeleng lemah. Tanpa berbalik menatap Callista yang sedang sibuk membereskan kamarnya, ia berkata, "Sepertinya ada hantu di kamarku."

Gerakan Callista terhenti. Ia menoleh sambil masih memegang selimut Azura yang sebelumnya ingin ia lipat. "Nona, Anda terus mengatakan itu dari kemarin. Tapi Anda tidak pernah menjelaskan hantu seperti apa yang Nona lihat."

Azura menghela napas panjang. Ingin sekali ia mengatakan semua hal aneh yang terjadi di kamarnya
pada Callista, namun ia tidak tau bagaimana harus menjelaskannya. Dimulai dari kemarin saat ia membuka mata di pagi hari yang cerah, ia mendapati dirinya terbangun di atas ranjang. Aneh? Tentu saja. Azura sangat ingat jika malam sebelumnya, ia tidur di sofa karena menunggu Elden datang. Namun entah kapan dan bagaimana, ia malah terbangun di ranjang. Sebab itulah, semalam Azura mulai kembali tidur di ranjangnya. Takut apabila ada sesuatu yang dipikirnya hantu akan memindahkannya lagi.

Keanehan yang terjadi di kamarnya tidak berhenti sampai disitu. Saat Azura ingat belum menyembunyikan buku sampul coklat tempat segala keluh kesahnya tertulis, ia buru-buru membuka laci. Namun yang ia temukan di laci bukan hanya bukunya. Matanya bersitatap dengan belati cantik berwarna biru yang terdapat ukiran naga di bilah tajamnya. Siapa pemiliknya? Azura tentu tidak tau.

Dan dari semua hal aneh yang terjadi, ia merutuki satu di antaranya. Kunci tiruan yang Elden berikan padanya, hilang. Kemana dan bagaimana benda tersebut hilang? Azura tidak tau. Ia menyadari hilangnya kunci itu semalam, saat ia hendak menyelinap keluar kastil karena rasa bosan yang menggerogoti. Namun ketika membuka laci tempat di mana ia selalu menyimpan benda kecil itu, Azura tidak menemukannya. Semalaman ia habiskan untuk mencari kunci itu di seluruh sudut kamarnya, namun berakhir tanpa menemukan apa-apa.

Hilangnya kunci tiruan tersebut yang membuat Azura tidak bisa menceritakan keanehan yang terjadi di kamarnya pada Callista. Dengan menceritakan hal tersebut, sama saja dengan membeberkan fakta jika selama ini ia sering menyelinap ke luar kastil. Walau Azura dan Callista sudah memutuskan untuk menjadi seorang teman, Azura tidak ingin memberatkan Callista dengan masalah yang pasti membuat perempuan seumurannya itu sakit kepala. Lalu pada akhirnya, ia memilih menyimpannya sendiri.

"Nona?"

"Hm?" Azura menoleh menatap Callista yang kini berdiri di sampingnya.

"Anda pasti bosan. Tuan Bautista tidak lagi pernah datang mengajak Anda bermain." Callista menampakkan raut sedih melihat kondisi Nonanya yang dipikirnya kebosanan hingga melantur dari kemarin.

Azura mengagguk. Ya, dia memang sangat bosan. Sudah dua minggu lebih ia habiskan waktunya di kastil tanpa melakukan apapun. Hilangnya kunci itu membuat Azura tidak bisa mengatasi rasa bosannya di danau. Ia pernah berniat untuk kembali mencuri kunci para pelayan, namun ia sadar jika para pelayan kastil rose yang sekarang tidak menyimpan kunci di sudut dapur, melainkan di kamar para pelayan.

"Mau mendengar cerita, Nona?" Callista berusaha mengusir kebosanan nonanya.

Kedua netra Azura berbinar antusias. Ia beranjak dari duduknya lalu menarik tangan Callista, menggandengnya keluar dari kamar menuju pekarangan kastil. Langkah keduanya terus menjauh hingga memilih untuk menyamankan diri di kursi panjang yang terletak di dekat taman bunga mawar. Azura duduk terlebih dahulu, diikuti Callista yang mengambil tempat di sampingnya.

"Kali ini, berceritalah panjang lebar, Callista." Azura terlihat bersemangat.

"Mmm ... Anda ingin mendengar cerita tentang apa?"

"Tentang kastil ini." Azura menjawab dengan cepat. Sedari dulu ia sudah sangat penasaran tentang kastil yang menjadi tempat bernaungnya selama di Vantiago. Azura penasaran, apakah pembangunan kastil rose memiliki latar belakang yang sama dengan kastilnya di Alley, yaitu untuk menahan seseorang di dalamnya.

Princess CastleWhere stories live. Discover now