13

22.6K 3.5K 41
                                    

"Kapan kau akan kembali ke Alley, Antonio?"

Laki-laki bersurai pirang menoleh menatap Elden saat namanya disebut, "Sepertinya malam ini, Yang Mulia," jawabnya.

Elden menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Sesekali ia memejamkan matanya saat penglihatannya mulai berkunang-kunang. Pekerjaan yang menumpuk membuatnya tak memiliki cukup waktu untuk istirahat. Ia kelelahan.

"Apa Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" tanya Antonio khawatir saat melihat wajah kelelahan Rajanya.

"Ya, aku baik-baik saja," jawab Elden tanpa membuka mata.

Antonio hanya menatap cemas tanpa berkata-kata lagi. Ia tidak ingin ucapannya menambah beban apalagi menyinggung sang Raja. Ia tahu, Elden sangat tidak suka jika orang lain mengkhawatirkannya atau memperlakukannya layaknya sosok yang lemah.

Antonio mengetahui hal tersebut karena ia sudah mengenal laki-laki itu sedari mereka masih remaja. Elden yang penyendiri membuat dirinya mau tak mau melakukan semua hal sendiri. Ia selalu ingin terlihat kuat dan baik-baik saja. Ia tidak suka jika orang lain mengkhawatirkannya apalagi sampai merasa kasihan padanya.

Elden dan Antonio pertama kali bertemu di acara kedewasaan mereka. Acara dimana putra putri bangsawan diperkenalkan secara resmi saat mereka berusia 15 tahun. Elden yang notabenenya adalah putra mahkota dan selalu diselubungi aura dingin, membuat anak-anak seumurannya segan dan takut mendekatinya. Hanya Antonio yang saat itu mendekat dan berbicara padanya walau Elden selalu memberi respon tak menyenangkan.

Antonio akhirnya bisa lebih akrab dengan Elden walau rasa takut sering menghampiri. Bahkan setelah sepuluh tahun berlalu, Antonio masih saja terlihat ketakutan ketika Elden mulai menguarkan aura tidak mengenakkan saat sedang berada pada situasi tertentu.

"Apa tiga hari disini cukup untukmu? Kenapa kau cepat sekali ingin kembali ke Alley?" tanya Elden yang kini telah membuka mata.

"Tiga hari disini bahkan sudah lebih dari cukup, Yang Mulia. Alley tidak bisa ditinggal cukup lama. Kondisi di sana masih kacau karena rumor itu," jelas Antonio.

"Seperti biasa, kau sangat bisa diandalkan."

Antonio membungkuk hormat. "Terimakasih atas pujiannya, Yang Mulia"

"Ya ya ya. Kau selalu seperti itu jika aku memujimu sedikit." Elden menatap malas laki-laki bersurai pirang itu.

Sedari dulu, Antonio memang selalu menjunjung tinggi rasa hormat pada Elden. Walaupun ia dekat dengan Elden, Antonio tidak bisa menampik fakta jika laki-laki bermata biru itu adalah Raja penguasa Vantiago. Elden sudah pernah menyuruhnya untuk bersikap santai saja saat sedang berdua, namun Antonio menolaknya. Katanya, Raja sudah sepatutnya diperlakukan layaknya Raja. Tidak peduli jika ia adala kawan atau lawan.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri, Yang Mulia. Sekarang sudah larut, Yang Mulia harus beristirahat," ucap Antonio lalu beranjak dari duduknya.

"Ah iya, berhati-hatilah dalam perjalananmu menuju Alley. Aku tidak bisa mengantarmu. Masih banyak dokumen yang harus aku baca." Elden kembali menegakkan duduknya lalu memilah-milah dokumen yang ada di hadapannya.

Antonio berniat menginterupsi kegiatan Rajanya itu, tapi ia urungkan. Antonio tahu Elden tak akan mau mendengarnya bahkan mungkin akan marah jika ia memaksanya. Antonio akhirnya hanya bisa pasrah melihat Elden yang begitu keras kepala.

Princess CastleWhere stories live. Discover now