51

11.1K 1.8K 219
                                    

"Y-yang Mulia, kastil rose terbakar."

Elden terdiam. Ia menatap prajurit yang baru saja datang membawa kabar yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Tatapan datar yang terlihat di wajahnya sangat kontras dengan batinnya yang kini dilanda beribu-ribu rasa cemas.

"Panggil sebanyak-banyaknya prajurit untuk memadamkan api," ucap Elden tenang. Ekor matanya dapat melihat Antonio berlari tunggang-langgang meninggalkan aula.

Elden-pun turut pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pada tamu jamuan. Langkahnya tenang dan teratur. Namun gurat khawatir tak mampu ia sembunyikan manakala netranya menangkap kepulan asap yang membumbung tinggi di langit istana. Ia membalikkan badan, membelakangi sumber asap dan berjalan tergesa menuju danau. Di sana, ia harap Lexius sudah menunggunya. Sebab berbagai prasangka telah memenuhi otaknya.

Sesampainya di danau, ketakutan serta kekhawatiran yang membelit hatinya sirna saat sepasang matanya menangkap presensi Azura di bawah pohon apel. Perempuan itu sedang duduk sambil memeluk kakinya. Wajahnya tidak nampak sebab ia menunduk hingga surai perak panjangnya menutupi seluruh wajahnya.

Elden meneruskan langkahnya, hendak menghampiri Azura untuk memastikan keadaannya. Namun kedatangan Lexius membuatnya membatalkan niat. 

"Yang Mulia," panggil Lexius dengan napas tersengal. Wajahnya nampak akan menyampaikan sesuatu yang penting pada sang Raja.

"Ikut aku." Elden beranjak, diikuti Lexius di belakangnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Aku hanya menyuruhmu untuk membawa wanita itu pergi. Aku memang memerintahkan agar kau totalitas dalam menjalankan rencana. Tapi apa kau harus sampai membakar kastil?" ucap Elden setelah jarak yang mereka ambil cukup jauh dari tempat Azura.

"Hamba tidak memiliki nyali sebesar itu untuk membakar kastil rose, Yang Mulia." Lexius masih sibuk mengatur napasnya.

"Jadi bukan kau pelakunya?"

"Bukan," jawab Lexius. "Musuh mulai bergerak, Yang Mulia. Persis seperti yang Anda prediksikan saat memerintahkan hamba membawa Putri Azura."

Elden mendengus geli. "Oh, jadi ini ulah mereka? Apa kau melihat pelakunya?"

"Saya melihatnya tapi saya tidak bisa mengenalinya." Lexius menghirup udara dalam-dalam sebelum memberi penjelasan pada Rajanya.

Awalnya, tidak ada yang mencurigakan saat Lexius datang ke kastil rose. Semuanya terlihat biasa saja bahkan setelah ia keluar kastil dan membawa serta Azura bersamanya. Lalu saat di pertengahan jalan, Azura teringat buku dan belatinya. Lexius akhirnya kembali ke kastil rose untuk mengambil kedua benda tersebut dan menyuruh Azura bersembunyi dan menunggunya.

Saat Lexius kembali ke kastil, semuanya masih sama seperti terakhir kali. Ia memasuki kastil dan mengambil barang Azura yang tertinggal lalu kemudian keluar setelah menutup pintu utama dan mengunci kembali pintu gerbang. Namun saat ia telah mengambil langkah sekitar 30 meter dari gerbang, Lexius tanpa sengaja melihat dua sosok berjubah yang mengarah ke kastil. Penampilan serta gelagat keduanya membuat Lexius menaruh curiga hingga berkahir mengintai dengan bersembunyi di balik bayang-bayang.

Kecurigaan Lexius mendapatkan validasi saat melihat salah satu diantara kedua sosok itu menyiram pagar kastil dengan cairan berbau menyengat dan juga menaburkan bubuk hitam yang cukup banyak. Lexius bisa menebak jika kedua benda itu adalah kerosin dan bubuk mesiu.

Salah-satu pria yang terlihat seperti pemberi perintah, menaburkan bubuk mesiu di tempat-tempat tertentu seolah sengaja membuat jejak. Dan seperti yang Lexius sudah bisa tebak, pria itu memantik api lalu pagar terbakar hebat. Karena jarak kastil yang cukup dekat dengan pagar serta kobaran api yang sangat besar, maka dengan mudahnya api itu merambat membakar kastil.

Princess CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang