PART 5.3

12.9K 737 16
                                    

  Permisi, mau ngumpulin orang yang selalu setia ngevote sama ngoment cerita aku,, ada nggak..?

Buat yang pada nggak sabaran, nih author langsung up. Sorry ya, kalau kelamaan,, Hehehe...

Btw, kalian ada di team mana? Arnand? Apa Sya? Kalau author di team reader's aja kayak nya..
Biar bisa lebih ramai,, hhh😂

Ok, happy reading say..

_________________________

  "WHATTT?! Lo serius kabur dari rumah, tengah malam gini..?? " Sheryl mengerjapkan mata nya berkali-kali. Sangat terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang belum puas dengan penjelasan Sya.

Sya diam sejenak, lalu mengangguk yakin. "Hm, iya... " Jawab nya santai, seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Pasal nya, hari pertama masuk sekolah Sheryl sudah disuguhi oleh curhatan-curhatan yang memperihatinkan dari sahabatnya.

Sheryl menyentil jidat Sya dengan jari telunjuk nya. Sya mengerutkan kening nya heran, melihat prilaku Sheryl yang sangat tidak terima dengan keputusan yang diambil oleh Sya.

"Lo begok atau gimana sih? Iya, gue tau lo emang begok soal pelajaran, tapi nggak kek gini juga kali Afriel Anatasya Afshein. "

Sya mengerucut kan bibir nya kesal. Enak saja Sheryl mengatakan nya bodoh soal pelajaran. Yah, meskipun benar, setidak nya jangan terlalu jujur juga lah. Sya kan jadi sebal.

"Maksud lo apa ngatain gue begok? "

"Lah emang iya kan, lo kabur dari Arnand sama aja lo kalah dari Sea. Pasti Sea sengaja buat lo nyerah kek gini. "

Sya menyimak baik-baik pembicaraan gadis itu. Kalau difikir-fikir benar juga kata Sheryl. Ah, kadang sahabat bodoh nya yang satu bisa bisa juga berfikir cerdas.

"Gimana nggak kabur? Lo sih nggak tau gimana gue belajar sabar menahan emosi selama ini... " Sheryl meraih kepala Sya, kemudian menyejajarkan mata gadis itu dengan netra milik nya.

"Sya dengar ya, jadi orang baik itu nggak mudah, lo sih selama ini jadi pemeran antagonis mulu... " Ledek aja teros sampai mampos, ini nih kerjaan sahabat.

Nggak cukup apa kasih saran sama solusi aja, tanpa harus ngebacot dulu. Mungkin belum sahabat nama nya ya, kalau nggak senang liat muka kesal sahabat nya. Apa cuma Sheryl sama Sya saja yang begitu?

Sya sangat beruntung punya sahabat kayak Sheryl, bahkan Sya bersyukur tujuh turunan. Tapi nggak usah banyak cincong, ini, itu dan sebagai nya. Lama-lama Sheryl bisa Sya cincang kayak sate bakar.

Tapi apalah daya, Sya juga nggak mau makan sate daging manusia. Terlebih itu daging Sheryl, bisa-bisa Sya langsung rabies.

Udah nggak usah diteruskan, back to topic aja...

"Menurut lo gue harus gimana? " Tanya Sya, bersamaan dengan helaan nafas panjang yang keluar dari bibirnya.

Sheryl langsung tersenyum senang mendengar pertanyaan Sya.

Emang nya ada yang salah dari pertanyaan Sya barusan? Seperti nya Sheryl benar-benar sudah gila. Ada yang mau bantu anterin Sheryl ke RSJ. Sya ikhlas kok dunia dan akhirat, rumah dan kuburan, alam rahim dan alam barzakh.

Sheryl meletakkan sebuah jari telunjuk nya tepat di depan jidat nya. Seolah-olah seperti seorang pejabat negara yang sedang memikirkan nasib rakyat nya, agar aman, nyaman, tentram, sejahtera, sentosa, selamat dari penjajahan dan tentunya merdeka.

Sya hanya memperhatikan cara gadis itu berfikir, seperti nya masalah rumah tangga nya lebih sulit dari rumus-rumus matematika. Bahkan tanpa persoalan pun, dia tetap saja menuntut jawaban yang wajib ada.

ARNANSYA [Completed]Where stories live. Discover now