59. || Menandatangani Surat

887 71 25
                                    

Guys, guys. Wkwk, aku besok mau up lagi, dan kalian harus tau part berikutnya ada adegan yang...
Tebak sendiri aja lah wkwk intinya siapin hati, siapin jantung, siapin tisu kalau menurut kalian part besok sedih.
Happy Reading!



🎵🎶 Sudah Cukupkah-Jeanette 🎶🎵


Brak!

Dinda tergelonjak kaget karna Reva pulang kantor langsung membanting tas nya dan botol minuman keatas meja makan. "Apasih baru pulang ngamuk-ngamuk? Sehat situ?" Tanya Dinda lalu ia bermain ponsel lagi.

"Minuman apa yang kamu kasih buat aku tadi pagi?" Tanya Reva to the point.

Dinda terdiam. Jika Reva meminumnya seharusnya Reva ada di rumah sakit bukan pulang dalam keadaan sehat. Dinda menatap Reva yang terlihat tersulut emosi. "Minuman buat bumil." Ujar Dinda santai.

"Kamu sengaja mau bikin anak-anak aku mati? Haha. Tuhan masih baik sama aku, Tuhan tau aku sangat menyayangi anak-anak ku makanya Tuhan selamatkan anak-anakku dari maut lewat Darren. Gak kaya kamu, Tuhan ngambil anak kamu karna Tuhan lebih sayang anakmu dibandingkan kamu. Ibu mana yang tega menyiksa anaknya saat masih di dalam kandungan? Kamu gak bisa jaga dan sayang sama anak kamu sendiri." Ujar Reva.

Tangan Dinda mengepal kuat lalu ia berdiri dan berjalan menuju hadapan Reva. "Padahal gue berharap lo mati." Ujar Dinda.

Reva membuka tas kerja nya dan mengambil ponsel, ia menunjukkan hasil rekaman CCTV yang berada di dapur. Ia memerintahkan anak buah nya yang bertugas mengawasi monitor camera CCTV untuk memberikan dia video itu.

"Kamu mau video ini sampai di tangan Raka atau polisi?" Tanya Reva sambil menunjukkan rekaman tersebut.

Dinda merutuki dirinya sendiri yang lupa bahwa seisi rumah ini banyak sekali camera pengawas. "Pilih." Kata Reva lagi.

Dinda tetap diam. "Kalian kenapa?" Suara bariton muncul dan mengejutkan Dinda.

Dinda tergagap dan tiba-tiba jantung nya dugem. Jeb ajeb ajeb, canda Din. "Kita lagi ngobrol ringan aja kok Raka hehe." Jawab Dinda.

"Raka mau tau sesuatu gak?" Pancing Reva.

Raka menaikkan satu alisnya. "Tadi–"

"Sayang!" Pekik Dinda tiba-tiba, Raka dan Reva langsung menatap Dinda.

Sudah Reva duga, Dinda ketakutan dan itu terlihat dari wajahnya. "Kamu mandi dulu, cape kan? Nanti aku bikinin kopi.. oh atau susu, kamu mau yang mana?" Tanya Dinda.

Raka menempelkan punggung tangannya ke dahi Dinda. "Sehat?" Tanya Raka.

Dinda menepis pelan tangan Raka. "Issh! Aku sehat lho. Pilih mau yang mana?" Tanya Dinda.

"Susu." Jawab singkat Raka lalu ia meninggalkan dua wanita tersebut.

"Takut heh?" Tanya Reva dengan wajah menantang.

"Oke lo maunya apa!" Ujar Dinda.

Reva berpikir sejenak. "Oke. Aku kasih kamu napas" Ujar Reva.

"Lo pikir, lo Tuhan sampe ngasih gue napas?" Tanya Dinda dengan nyolot.

"Ya bukan sih. Tapi video ini mampu lho menentukan nasib kehidupan kamu kedepan nya, dibuang Raka dan bisa jadi mendekam di sel penjara." Ujar Reva.

"Apa permintaan lo cepet!" Ujar Dinda.

"Jangan ganggu aku. Sampai anak-anak aku lahir kedunia. Karna setelah mereka lahir kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan sejak awal." Ujar Reva.

My Life (RakaReva)Where stories live. Discover now