62. || Impian Reva Gugur

1.3K 101 22
                                    

Baik kah kabar hati kalian? Haha sorry ya kalau part ini feel nya kurang, suport aku terus ya pembaca sayang ku!
Happy Reading!



🎵🎶 Rapuh-Rinni Wulandari 🎶🎵




Raka menatap wajah Reva. Lalu ia teringat perkataan Dokter yang mengatakan bahwa Reva jatuh dari tangga. Sumpah nya benar-benar terjadi. Raka ingat betul bagaimana ia menyumpahi anak-anak nya dan Reva agar mati.

Omongan Raka benar-benar terjadi. Raka merutuki kebodohan nya. Raka menggenggam tangan mungil Reva. Matanya sendu dan teduh karna ia melihat seorang wanita yang gigih berjuang menyelamatkan rumah tangganya disaat semua harapan tidak ada.

Raka mencium tangan Reva lalu ia meletakkan di pipinya. Wanita ini adalah wanita hebat yang melahirkan dua jagoan kecil mereka. Walaupun berakhir tidak selamat. Raka masih coba untuk ikhlas, yang penting Reva-nya tidak ikut pergi meninggalkan dirinya. Masalah anak masih bisa di perjuangkan bersama.

Dokter tadi memeriksa Reva kembali. Katanya Raka harus banyak berdo'a agar Reva cepat sadar dalam waktu dekat ini. Supaya Reva juga bisa melihat anak-anaknya untuk terakhir kali. Dokter pun juga tadi mengatakan bahwa rahim Reva tidak kenapa-kenapa dan banyak peluang Reva untuk bisa mempunyai anak-anak lagi.

"Jika sudah sadar, jangan langsung diberitahu bahwa anak kalian sudah tiada. Bisa-bisa Ibu Reva kembali drop. Mental nya juga belum siap untuk menerima berita mengejutkan. Akan bahaya bagi kesehatan nya."

Raka memijit pelipisnya karna perkataan Dokter tadi. Lalu bagaimana caranya Raka memberitahu bahwa anak-anak nya sudah meninggal?

"Sayang.. bangun hey.." Ujar Raka sembari mengelus kepala Reva dan mencium punggung tangan Reva.

Raka melirik jasad anak-anak nya yang masih berada di brankar kecil mereka. Raka sengaja menyuruh perawat untuk menaruhnya disini. Ia yakin Reva akan sadar sebentar lagi, Raka ingin saat Reva terbangun, Reva langsung bisa memeluk kedua anaknya.

"Anakku.."

Raka berdiri dari duduknya dan mencium kening Reva. "Sayang kamu bangun?" Tanya Raka tapi Reva masih memejamkan matanya, sepertinya belum sadar sepenuhnya.

Mungkin Reva hanya mengigau. "J-jangan pergi anak-anak Mommy.." Kata Reva lagi tapi matanya masih terpejam.

"Kenapa Raka?" Tanya Alvano saat ia memasuki ruangan Reva.

Semua orang pun berkumpul didekat Raka. "Reva tadi ngomong!" Seru Raka.

"Nak.. jangan tinggalin Mommy.." Ujar Reva lagi tapi kali ini raut wajahnya berubah jadi sedih dan tidak disangka-sangka Reva menangis dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Insting seorang Ibu gak pernah salah.." Ujar Nadine sambil menatap sendu anaknya.

"Reva pasti lagi ngerasain kalau dia di tinggalin anak-anaknya." Sahut Caramel.

"Sayang.. ayok bangun. Baby twins mau ketemu Mommy nya.." Ujar Raka.

"ANAKKU!" Teriak Reva bersamaan dengan matanya yang terbuka.

Semua orang terkejut mendengar teriakan Reva sekaligus mereka bersyukur kalau Reva sudah sadar. Karna biasanya pasien dengan kondisi seperti Reva bisa berhari-hari baru sadar.

Nafas Reva memburu, butuh beberapa detik untuk Reva kumpulkan semua kesadarannya. Perlahan kedua matanya berkeliling menatap semua orang satu persatu. Rame sekali pikirnya. Dahi Reva berkerut karna semua orang disini menangis. Reva pun memijit pelipisnya.

"Sayang.. kamu udah sadar? Alhamdulillah do'a ku terkabul.. Maafin aku sayang.." Ujar Raka sambil menggenggam tangan Reva.

Reva terkejut karna tiba-tiba tangan nya di genggam Raka. Ia menatap Raka dengan tatapan haru dan heran. "Wah sudah sadar rupanya." Ujar Dokter yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.

My Life (RakaReva)Where stories live. Discover now