39. || Hari Kedua Pernikahan

824 61 45
                                    

Hai Readers!
Kemarin mau up tapi belum finish ngetik ceritanya, banyak banget masalah akhir-akhir ini, sorry guys!
Kalau ada typo koreksi aja yup
Happy Reading^^



🎵🎶 Siap Terluka-Melly Goeslaw 🎶🎵





Reva mengerjapkan matanya dan menatap sekeliling kamarnya, ia mengubah posisinya menjadi duduk dan seketika ia mengingat kejadian semalam. Dan ia tersadar pernikahan bahagia pupus dari awal.

"Masih jam 5 subuh, sholat dulu kali ya habis itu masak buat Raka. Seharusnya semarah-marah nya gue, gue gak pantas ngomong gitu. Alana juga baik banget sama gue dulu, guenya aja yang bejad." Ujar Reva.

Setelah itu Reva mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Setelah selesai Reva berniat untuk turun dan Reva melihat banyak pelayan yang duduk bersama-sama sambil berbincang ria.

"Iya, tadi malam gue juga dengar Tuan Raka menampar Nyonya." Reva menghentikan langkahnya dan berdiri di tangga sambil memasang tajam pendengarannya.

"Ckck, kasihan sekali Nyonya. Awal pernikahannya malah dihiasi air mata." Sahut salah satu dari mereka.

"Nyonya juga salah, Nyonya menyebutkan kata 'jalang' untuk Almarhum mantan Tuan Raka"

"Pantas saja Tuan marah, kesayangannya di ejek seperti itu." Reva tertegun mendengar pembicaraan pelayan-pelayannya.

"Dari pada kalian merumpi dan bergosip tentang majikan kalian, lebih baik kalian membersihkan rumah, halaman, kolam renang, dan memasak." Ujar Kepala Pelayan sambil menghampiri mereka.

Mereka pun berdecak sebal karna acara mereka di ganggu. Reva pun melanjutkan langkahnya kembali. "Selamat pagi, Nyonya." Sapa Kepala Pelayan yang membuat para pelayan lainnya menoleh dan membungkuk sopan.

"Nyonya bangun lebih awal? Apakah Nyonya terganggu dengan pembicaraan mereka tadi Nyonya?" Tanya Kepala Pelayan yang membuat para pelayan wanita tertunduk takut.

Bagaimana tidak takut? Menjadi pelayan disini saja mereka mendapatkan gaji 4.000.000 setiap bulannya dan mereka juga mendapatkan uang baju senilai 1.000.000 padahal ada 20 lebih pelayan disini, namun Raka tetap saja memberikan gaji mereka sangat tinggi.

Menyadari ketakutan pelayan Reva pun tersenyum. "Ah nggak kok. Aku memang tadi terbangun karna dengar adzan subuh, aku turun mau masak buat Raka. Maaf kalau pembicaraan kalian terganggu. Di lanjutkan aja, gak papa kok." Kata Reva dengan tulus.

"Gimana mau lanjutin, yang di gibahin ada dimari." Bisik salah satu pelayan yang samar-samar didengar Reva.

"Kenapa?" Tanya Reva.

"Bukan apa-apa Nyonya, kami permisi kebelakang dulu Nyonya." Ujar mereka sambil berjalan rapih melewati Reva.

"Saya minta maaf atas ketidak nyamanan anda Nyonya." Ujar Kepala Pelayan.

"Gak papa Pak, omongan mereka juga benar kok Pak, mungkin aku harus lebih hati-hati lagi saat berbicara." Ujar Reva dan Kepala Pelayan tersebut memandang Reva dengan tatapan kasihan.

"Oh iya, Pak. Pelayan yang mengurus bagian memasak setiap pagi gak usah masak ya, aku mau masak sendiri untuk Raka." Pinta Reva.

"Maaf Nyonya, tapi kalau Tuan tau kita semua bisa di pecat." Ujar Kepala Pelayan.

"Gak akan, percaya sama aku Pak. Bisa kan Pak?"

Kepala Pelayan menimang sebentar, "Baiklah Nyonya, sesuai permintaan anda." Ujarnya dengan sopan.

Reva tersenyum senang dan langsung saja ia menuju dapur rumahnya. Ah tunggu, rumahnya? Bukan kah ini rumah Alana dan Raka? Reva tertawa miris mengingat semua ucapan Raka. Langkahnya terhenti saat berdiri di ambang pintu dapur. Ia membuka nya dan tercengang. Bahkan ruangan ini tidak pantas di sebut dapur, melainkan lapangan luas. Setelah melihat-lihat isi dapur, Reva pun mulai melancarkan aksinya.

My Life (RakaReva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang