22. || Permintaan Reva

766 45 24
                                    

Hai Readers!
Kalau ada typo dikoreksi aja ya
Happy Reading ^^




"Biarin aja gini dulu. Aku suka." ujar Raka.

Dinda memberontak agar bisa lepas dari pelukan Raka. Dan akhirnya terlepas. "Maaf, tapi ini kantor. Aku gak mau orang-orang berpikiran aku pelakor." ujar Dinda.

"Hey, siapa yang bilang kamu pelakor hm?." Raka mengelus pipi chubby Dinda dengan jari telunjuknya.

"Ya gak ada sih, cuman kan aku gak mau aja orang-orang salah paham, kamu kan sebentar lagi nikah. Lagian juga ini masih dikantor tau gak boleh!." ujar sebal Dinda.

Raka mendekat kearah Dinda, sementara Dinda sudah menahan napas nya. Lalu Raka mensejajarkan wajahnya dengan wajah Dinda.

"Kalau gak dikantor berarti boleh?." tanya Raka yang membuat Dinda meneguk saliva nya sendiri.

***

"Oh ya. Gimana cincin pernikahan lo? Bagus? Mahal? Suka?." tanya Darren.

"Bagus, mahal, suka." jawab Reva dengan wajah datar.

"Kenapa sih lo? Masam banget muka lo pulang-pulang. Eh btw kenapa lo balik bukan sama Raka?."

"Hih! Rese lo ya, tanya-tanya mulu dari tadi gue gerek juga lo." Reva mendengus napas kasar.

"Hehe sorry, sorry. Gue kepo banget lah lu tiba-tiba pulang sama orang lain." ujar Darren

Sebenarnya ia cemburu melihat Reva pulang dengan laki-laki yang berbeda. Pasalnya itu membuat Darren sendiri merasa insinyur. Eh salah! Insecure maksudnya. Padahal dirinya juga tidak kalah tampan dengan Alvano tadi.

"Raka ada urusan sama client nya, gue buat kesalahan juga sih. Bikin dia malu di restaurant tadi." Reva pun mulai bercerita kronologi dari awal sampai akhir dan Darren setia mendengar cerita Reva.

"Hahaha! Lo kocak banget anjrit!." Darren tertawa hingga terpintal-pintal.

"Ih lu mah malah ketawa..gue malu, Raka sampe marah banget ke gue." ujar Reva.

"Sorry gue ketawa. Si Raka emang gak bisa di ajak bercanda ya?." tanya Darren.

"Gak tau tu orang hidup nya serius mulu. Gue aja bingung gimana bikin dia ketawa." jawab Reva.

"Hm tapi Rev, kayak nya lo perlu belajar mengenal orang-orang disekitar lo deh."

"Maksudnya?."

"Iya, karna gak semua orang bisa di bercandain. Kayak Raka, Raka orang nya tegas, dingin, dan dia juga kayaknya susah buat diajak bercanda alhasil dia malah marah kan sama lo? Lo harus bisa seimbangin diri lo sama sifat nya Raka begitu juga dengan orang lain." ujar Darren.

"Kalau lo mau liat sifat aslinya seseorang tunggu saat dia marah." ujar Darren lagi dan Reva mengangguk paham.

"Ya udah, gue balik ke ruangan gue dulu. Udah jangan sedih-sedih lo. Bye." ujar Darren sembari mengelus puncak kepala Reva.

Reva menatap pintu ruangan nya yang baru saja tertutup. "Andai Raka itu elo Darren. Pasti hari-hari gue setelah menikah jadi lebih menyenangkan." ujar Reva.

My Life (RakaReva)Where stories live. Discover now