2. Mengenal Banu

33.8K 2.9K 99
                                    

Tekan ⭐ dulu ya sebelum membaca 😉

Jangan lupa tinggalin jejak kalian di part ini...

💟💟💟

Hari minggu ini Giya menghabiskan waktu bersama Elang. Sesuai dengan ucapan kekasihnya, pagi hari tepatnya pukul 09:00, Elang sudah datang menjemput Giya.

Hari ini mereka berdua hanya menghabiskan waktu di sebuah mall. Mereka menonton bioskop, makan siang, kemudian mampir ke sebuah taman untuk makan es krim bersama.

Hingga langit sore mulai menjingga, Elang kembali mengantar Giya pulang. Sebenarnya setelah ini Elang ingin mengurung Giya di apartemen miliknya, hanya saja Giya menolak dengan alasan ingin istirahat lebih lama karena besok sudah harus kembali bekerja.

Elang pun tak bisa memaksakan kehendaknya, urusan mengurung Giya di apartemennya masih bisa di lain hari. Ia yakin masih memiliki hari-hari lain untuk bisa melewati hari bersama Giya.

Setelah Elang mengecup bibir Giya, ia langsung membuka pintu mobil dan memutari mobil untuk membukakan pintu di sisi Giya.

Giya terkekeh menerima perlakuan sang kekasih. Elang sendiri sudah cukup sering memperlakukan Giya seperti itu.

"Mas langsung pulang ya Yang, biar kamu juga langsung istirahat." Ucap Elang ketika Giya sudah keluar dari mobil. Tangan kirinya merangkul pinggang Giya.

Giya mengangguk. "Iya, Mas hati-hati bawa mobilnya!"

"Iya. Yaudah kamu masuk gih." Elang menggerakkan dagunya ke arah pintu rumah Giya, tak ketinggalan mengecup lebih dulu pipi gadisnya. Ia pun langsung masuk kembali ke dalam mobil saat Giya sudah masuk rumah.

Lagi-lagi ada seseorang yang mengamati rumah Giya. Setiap perlakuan Elang kepada Giya pun tak luput dari sepasang manik gelap miliknya.

💟💟💟

Pukul 19:00, wajah Giya sudah tampak lebih segar setelah mandi. Mengenakan celana pendek dan kaos oversize andalannya. Rambut panjangnya ia cepol asal.

Kaki Giya melangkah menuju dapur karena merasa tenggorokannya kering. Membuka kulkas lalu mengambil sebotol air mineral dingin, menuangnya di gelas kemudian menandaskannya sampai habis.

Bel rumah berbunyi. Kening Giya berkerut, ia merasa tidak memiliki janji dengan siapapun malam ini tapi di luar sana ada yang hendak bertamu.

Giya menahan napas sejenak saat membuka pintu, di hadapannya berdiri seorang lelaki dengan senyum merekah di wajahnya. Lelaki yang baru saja menjadi tetangga barunya.

"Ganteng banget anjir!!!" Giya berteriak dalam hati.

"Hai." Sapa si lelaki dengan senyum yang masih bertahta di wajah tampannya.

"Sorry ya malem-malem gini ganggu istirahatnya. Tapi ini nyokap maksa nyuruh nganter kue ke sini." Lelaki itu mengangkat tangan kanannya dan menggoyang-goyangkan plastik putih yang ia bawa.

Sebelah alis Giya terangkat tanda bertanya. Sebenarnya ia tahu "nyokap" yang dimaksud adalah tante Fira, hanya saja Giya pura-pura bingung dengan ucapan lelaki itu.

"Ah iya, kenalin gue Banu. Tuh rumah gue di situ." Ucap Banu sambil menunjuk ke arah rumahnya, kemudian mengulurkan tangan kanannya.

"Ohh anaknya tante Fira ya?" Tanya Giya dengan wajah datar, ia tentu saja tak langsung menyebutkan namanya. Giya lebih sering memasang tampang jutek kepada orang yang baru ia kenal.

Banu mengganguk mantap, tangan kanannya masih terulur.

"Giya." Giya membalas uluran tangan Banu.

Tetangga Jauh (TAMAT)Where stories live. Discover now