22. Banu Kesiangan

17.1K 1.3K 0
                                    

Yuk yuk ramaikan part ini...

🌸 Happy reading 🌸

💟💟💟

"Kenapa, Gi? Nggak dapet taksi?"

Giya menoleh saat Banu sedikit berteriak dari seberang sana. Terlihat pemuda itu baru saja keluar dari pagar rumahnya, berjalan ke arah rumah Giya.

"Lho Ban? Lo nggak sekolah?"

Giya justru bertanya balik, pasalnya sekarang sudah hampir jam delapan pagi tetapi tetangganya itu masih di rumah, dengan penampilan masih memakai pakaian santai khasnya, celana selutut dan kaos polos.

Giya yang hari ini kebetulan ada meeting pagi dengan pihak media di luar kantor, jadi ia berangkat agak siang karena tidak perlu ke kantor dulu.

"Kesiangan." Banu hanya menyengir.

Giya hanya berdecak sebagai tanggapannya. Semenjak Fira dan Deri ke Sulawesi, ini sudah kali kedua Banu tidak sekolah karena alasan kesiangan.

"Mau gue anter nggak?" Tawar Banu.

Giya nampak menimang tawaran Banu. "Tapi gue sekarang nggak ke kantor, mau langsung meeting di Rasuna Said."

"Oke, tapi gue ganti baju dulu." Jawab Banu cepat. "Gue kan hari ini nggak sekolah." Lanjutnya masih dengan cengiran khasnya.

Giya manggut-manggut.

"Mau nunggu di rumah gue aja nggak? Lo juga udah siap kan?"

Giya mengangguk. "Boleh deh, lo duluan aja. Gue ngambil tas sama ngunci pintu dulu."

Banu hanya mengangguk kemudian kembali ke rumahnya.

💟💟💟

"Lo buru-buru nggak? Mau naik mobil aja?"

Giya nampak berpikir. Ia hanya tak enak jika Banu harus bermacet-macetan karena mengantarnya. "Nggak papa emang kalo macet?" Tanyanya memastikan.

"Sans kalo sama gue mah." Banu mengibaskan tangannya di depan Giya.

"Ya udah boleh deh pake mobil, gue juga udah terlanjur pake rok." Kekeh Giya.

Kemudian Giya dan Banu keluar rumah. Giya membiarkan Banu mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu. Baru kemudian masuk ke dalam mobil Banu.

"Lo meeting jam berapa?" Tanya Banu seraya memasang sabuk pengamanya.

"Jam sepuluh sih."

Banu melirik pada jam yang melingkar di tangan kanannya. "Mau sarapan dulu nggak? Kayaknya masih keburu."

Giya terkekeh. "Rencananya sih emang gue mau sarapan dulu makanya jalan agak cepet."

Banu mengangguk sambil ikut terkekeh. Kemudian menyalakan mesin mobilnya.

Sekitar 30 menit Giya dan Banu sudah duduk berhadapan di sebuah kafe. Sambil menunggu pesanan datang, mereka memilih memainkan ponsel masing-masing.

Tetangga Jauh (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora