8. Menginap

27.2K 1.8K 25
                                    

Budayakan ⭐ dulu ya! 😉

Happy reading!

💟💟💟

"Selamat datanggg tuan putri!" Erina berseru saat membukakan pintu untuk Giya. Ia bahkan membungkukkan badannya seraya tangannya ia gerakkan layaknya pelayan istana yang sedang mempersilakan tuannya.

Giya tertawa seraya menggelengkan kepala. "Cita-cita kok jadi pelayan istana!"

Erina pun ikut tertawa. Kemudian merangkul pundak Giya dan mengajaknya masuk.

"Eh ada calon masa depan gue!"

Teriakan dari arah meja makan otomatis menghentikan langkah mereka. Erina memutar bola matanya.

"Jangan halu deh, Gas! Pacar orang ini nih!" Sembur Erina pada adik lelakinya itu.

Agas terkekeh seraya mendekat ke arah sang kakak yang sedang bersama dengan sahabatnya.

"Apa kabar, Gas?" Sapa Giya begitu Agas sampai di depan mereka.

"Baik banget dong, apalagi setelah ketemu sama calon masa depan gue!" Ujar Agas antusias lengkap dengan cengiran khasnya.

Giya terkekeh. Adik sahabatnya itu belum berubah, selalu ramah dan hangat padanya. Seorang Agasthya tak pernah sungkan melemparkan candaan padanya, begitupun Giya. Dua tahun bersahabat dengan Erina membuatnya tidak canggung lagi pada Agas. Ia bahkan sudah menganggap Agas seperti adiknya sendiri. Agas yang kebetulan juga sebaya dengan adik lelaki Giya yang saat ini tinggal di Bandung.

"Nginep lo, Kak?" Tanya Agas seraya memperhatikan Giya yang kali ini membawa tas ransel.

Giya mengangguk sebagai jawaban

"Udah udah, nanya mulu lo Gas kek petugas sensus!" Cibir Erina. "Yuk Gi langsung naik aja!" Ajaknya sambil melangkah menaiki anak tangga rumahnya.

"Elah lo Kak baru juga gue pengen ngobrol sama Kak Giya, udah disabotase aja!" Gerutu Agas.

Kekehan Giya masih terdengar. "Duluan, Gil."

"Ok. Nanti gue nyusul ya!" Jari tangan Agil membentuk simbol OK, ia mengedipkan sebelah matanya pada Giya.

"Jangan ganggu deh lo!" Teriak Erina yang sudah hampir sampai di anak tangga terakhir.

Agas tertawa mendengar teriakan kakaknya itu.

💟💟💟

Giya merebahkan tubuhnya di ranjang king size milik Erina. Setelah ia mencuci muka dan menggosok gigi, kini gantian Erina yang memakai kamar mandi.

Pandangan Giya menyisir ke sekitar kamar Erina. Tak banyak perubahan pada kamar sahabatnya itu.

Kedua sudut bibir Giya terangkat ke atas saat netranya menatap pada pot berwarna putih yang diletakkan di samping meja rias. Pot tersebut berisikan beberapa ranting pohon kering. Di ranting itu terdapat banyak gantungan foto Erina dan dirinya. Giya masih ingat betul saat mereka membuat hiasan foto itu. Mereka menamakannya Pohon Harapan. Karena mereka memang berharap persahabatan mereka akan selalu tumbuh subur dan rindang.

Denting halus terdengar dari ponsel Giya. Sebuah notifikasi pop up muncul di bagian atas benda pipih itu. Satu chat masuk dari Elang.

My Elang
Udah sampe di tempat Erina, Yang?

Nama kontak yang tak pernah ia ubah dalam ponselnya sejak pertama kali ia menerima cinta seorang Erlangga Nugraha.

Udah Mas, baru setengah jam sih.

Tetangga Jauh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang