33. Lebih Tua ?

18.5K 1.3K 5
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

Setelah membeli bubur ayam untuk Banu dan menaruhnya di meja makan, Giya memutuskan untuk membuat jus strawberry yang dicampur dengan yoghurt untuk sarapannya.

Saat Giya sedang menunggu buah strawberry itu halus di dalam blender tiba-tiba ada sepasang tangan yang mengurung pinggang. Ada wajah pula yang terbenam di ceruk lehernya. Tanpa perlu menoleh untuk melihat siapa si pelaku, Giya sudah menebak dengan pasti siapa orangnya. Tentulah Banu.

"Selamat pagi." Ucap Banu seraya mengecup pipi kanan Giya.

"Pagi. Kok lo jalan-jalan sih, bukannya di kamar aja!" Omel Giya seraya mencoba melepaskan kedua tangan Banu yang masih terparkir di kedua pinggangnya.

Percayalah omelannya itu hanya alibi Giya untuk menetralkan degup jantungnya yang mendadak beratraksi di dalam sana karena perlakuan Banu barusan. Ini kali keduanya ia dipeluk dari belakang oleh pemuda itu. Rasanya seperti ... Dipeluk suami mungkin?

Banu terkekeh sampai pundak Giya ikut bergetar karena dagunya yang ikut bertengger di pundak Giya.

"Bikin apa?" Tanya Banu tanpa menanggapi omelan Giya. Hidungnya kini mulai mengendus-endus di sekitar leher dan tengkuk Giya yang langsung dihadiahi cubitan di lengannya.

"Jus strawberry campur yoghurt. Awas ih gue lagi ribet nih!" Jawab Giya ketus.

Setelah Giya menuang jus ke dalam gelas, Banu langsung mengambil gelas tersebut dan meletakkannya di samping blender. Pemuda itu kemudian memutar tubuh Giya sehingga mereka berhadapan.

"Lo nggak ngantor?" Tanya Banu karena saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh lima menit.

Giya menggeleng seraya memperhatikan Banu. Pemuda itu memakai celana pendek selutut dan sweater rajut bercorak garis-garis besar berwarna navy, abu dan putih yang terlihat kontras dengan lehernya yang putih bersih. Bibirnya masih terlihat sedikit pucat.

"Mau sarapan sekarang?" Tawar Giya sambil memainkan rambut Banu yang langsung diangguki oleh pemuda itu.

"Ya udah duduk dulu gih!"

"Siap sayang!" Ucap Banu lantang, tak lupa mengecup pipi Giya dan langsung lari ke meja makan. Hal itu membuat Giya geleng-geleng kepala.

Giya pun menyusul Banu ke meja makan, membawa serta jus yang telah dibuatnya tadi. Membuka bungkusan Styrofoam dan meletakkan sebuah sendok, kemudian meletakkannya di hadapan Banu.

"Makasih cantik." Ucap Banu seraya mengedipkan sebelah matanya, membuat Giya mendengkus.

Giya pun menarik kursi di sebelah Banu. Mengambil setangkap roti tawar gandum kemudian memberinya madu.

Banu memperhatikan Giya, beberapa bulan tinggal bersama Giya cukup membuatnya menarik kesimpulan kalau Giya cukup sering membuat sarapannya sendiri dengan menu sehat seperti pagi ini contohnya.

"Lo cuti?" Banu membuka obrolan.

Giya mengangguk karena mulutnya sedang mengunyah roti. "Iya, nggak tega gue ntar ada anak orang yang tepar gegara kelaparan." Sindir Giya membuat Banu terkekeh.

Tetangga Jauh (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora