16. Nyaman

20.4K 1.7K 6
                                    

Happy Reading 🤗

💟💟💟

"Gue nggak tau kalo lo sedeket itu sama Agas?"

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 lewat, dini hari tentunya. Hari baru saja berganti. Giya dan Banu masih mengobrol di rumah Giya.

"Ya gitu, kakaknya kan sahabatan sama gue. Jadi kalo gue nginep ke rumahnya, kami sering ngobrol."

"Termasuk narik-narik idung? Miting-miting kepala?" Mata Banu menyipit.

Giya mengedikkan bahu. "Iya, termasuk itu."

"Kok gue cemburu ya."

Giya langsung duduk menyamping menghadap Banu, kakinya ia naikkan ke atas sofa dan duduk bersila. "Ngomong apa lo barusan? Coba ulangin!" Ucap Giya dengan tatapan tajamnya.

Banu menyengir lebar. "Gue cem..bu..ru." Ulangnya.

"Ga usah asal lo kalo ngomong!" Giya mengusap kasar wajah Banu dengan kedua tangannya.

Banu langsung menangkap tangan Giya, kembali menggenggamnya.

"Urusan ini, siapa yang tau." Banu membawa tangan Giya menyentuh dadanya.

Giya terpaku. Menatap tangan mungilnya yang sedang berada dalam genggaman tangan besar Banu. Terasa hangat, bahkan hatinya ikut menghangat. Kemudian menatap pada Banu yang juga tengah menatapnya.

Banu memajukan wajahnya. Bibirnya hampir saja menyetuh bibir Giya, namun dengan sigap Giya menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

Giya menatap Banu yang kini sedang tersenyum lembut. Tak lama kemudian ia merasakan sesuatu yang kenyal menempel di keningnya. Matanya refleks terpejam saat ia merasakan bibir Banu menekan lembut keningnya.

Banu memundurkan wajahnya, ia kembali memaku tatapan Giya. Kemudian menarik Giya ke dalam pelukannya.

Giya kembali terpaku, namun yang pasti, kedua sudut bibirnya terangkat menerima pelukan Banu.

"Ban?" Panggil Giya.

"Hm." Banu hanya menggumam. Dagunya ia sandarkan di puncak kepala Giya.

"Lo sama Mala balikan lagi ya?" Tanya Giya pelan.

Banu terdiam sesaat. Melepas pelukannya tetapi kedua tangannya beralih merangkul pinggang Giya.

"Kenapa lo kepikiran nanya begitu?" Banu bertanya balik.

"Tadi---" Giya merapatkan kembali mulutnya, ia ragu akan meneruskan ucapannya atau tidak.

"Tadi kenapa?" Tanya Banu karena Giya tak kunjung meneruskan ucapannya.

Giya masih terdiam.

"Kenapa, hm?"

"Tadi gue..." Giya kembali menghentikan ucapannya

"Lo kenapa? Ngomong aja, Gi!" Ucap Banu gemas karena ucapan Giya terpotong-potong.

"Tadi gua liat lo sama Mala..." Giya menundukkan wajahnya. "Ciuman." Cicitnya pelan.

Tetangga Jauh (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن