28. Sayang ?

20.2K 1.5K 23
                                    

Hai hai... Ramaikan part ini yuk...

🌸 Happy Reading 🌸

Giya semakin erat memeluk gulingnya. Rasa yang begitu nyaman membuatnya semakin ingin berlama-lama bergelung di balik selimut. Entah kenapa kali ini gulingnya terasa berbeda. Wangi gulingnya juga berbeda dari biasanya. Wangi maskulin yang beberapa bulan ini mulai menjadi wangi favoritnya. Seperti aroma khas tubuh dari ...

Gita mendadak membatu saat teringat sesuatu. Tentu saja ingatan tentang semalam. Yang ia ingat semalam ia mandi hujan bersama Banu, kemudian Banu masuk ke dalam kamarnya dengan membawa segelas coklat panas, lalu pemuda itu merebahkan dirinya di ranjang kamarnya, lalu ia ditarik dan dikungkung oleh Banu. Yang selanjutnya adalah mereka tidur bersama.

Kaki Giya yang ikut memeluk guling tersebut sedikit bergerak, selanjutnya suara geraman pelan yang ia dengar semakin mempertegas apa yang ia duga.

Giya membuka matanya perlahan, dan benar saja ternyata guling yang ia peluk dengan nyaman itu bukanlah guling biasa.

"Pagi, Gi."

Lihatlah, Banu dengan cengirannya menyapa Giya dengan santainya.

"Tidurnya tuan putri nyaman banget kayaknya." Lanjutnya dengan mengedipkan sebelah matanya.

Entah kenapa perpaduan rambut Banu yang berantakan saat bangun tidur dan seringaian nakalnya membuat kesan sexy di mata Giya.

Gita mendengkus untuk menutupi keterpesonaannya pada pemuda tengil yang kini masih membelit pinggangnya. Ia beringsut hendak bangun namun kedua tangan Banu semakin erat merengkuh Giya.

"Nanti aja bangunnya, masih nyaman banget ini." Gumam Banu seraya menghirup dalam-dalam aroma rambut Giya.

Garis bibir Giya melengkung ke atas. Benar kata Banu, rasanya masih teramat nyaman berlama-lama seperti ini. Perasaan yang belum pernah ia rasakan pada lelaki manapun, bahkan pada Elang sekalipun.

Bila sebelumnya Elang mengajak Giya untuk menginap di unit apartemennya, Giya sudah pasti menolaknya. Rasanya sungguh membuatnya tidak nyaman, dan juga ia takut kalau nantinya Elang akan lepas kendali. Karena tak mungkin bila mereka sedang berduaan tidak ada aktivitas cumbu-mencumbu yang sudah pasti dimulai oleh Elang.

Sedangkan bersama Banu, selama mereka tinggal bersama tak sekalipun Banu bertindak kurang ajar ataupun melampaui batas. Dan semalam, mereka bahkan tidur di ranjang yang sama. Namun Banu hanya tidur memeluknya saja. Dan itu sama sekali tidak menimbulkan perasaan takut ataupun cemas akan terjadi apa-apa, melainkan perasaan nyaman.

Kini berganti Banu yang berbantalan dengan lengan Giya, mengirup dalam-dalam aroma gadis itu. Giya pun membalas pelukan Banu, tangannya mengusap-usap lembut kepala Banu.

 Giya pun membalas pelukan Banu, tangannya mengusap-usap lembut kepala Banu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Tetangga Jauh (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora