39. Kapan Putus ?

16.8K 1.2K 4
                                    

Hai hai... Tinggalin jejak kalian yuk di part ini...

🌸 Happy Reading 🌸

Giya mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Setelah terbuka, ia melirik sekilas pada dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Giya sedikit mendongak, menatap lamat-lamat wajah pemuda yang kini tengah memeluknya erat. Kedua mata itu masih terpejam, hembusan napasnya pun masih teratur. Bibirnya terlihat masih sedikit bengkak karena semalam...

Giya menggeleng pelan saat kilasan bayangan semalam sebelum mereka tidur hadir kembali tanpa permisi.

Giya pun memilih untuk membangunkan Banu saja. "Ban, bangun, Ban!" Giya menggoyang-goyangkan pundak Banu.

"Hmm..."

"Bangun udah setengah enam!"

Bukannya membuka matanya, Banu justru semakin menarik Giya agar menempel padanya. Hidungnya menghirup aroma feminin rambut Giya. Dengan tidak sopannya, satu tangan Banu menyelinap ke dalam tank top Giya dan meremas sesuatu di dalam sana.

"Banu ssshhh bangun!" Giya mendesis dalam omelannya.

Banu justru meremas gundukan yang satunya lagi yang tentu langsung dihadiahi cubitan kecil dari Giya, membuatnya langsung terkekeh.

"Bangun tuan mesum!" Cibir Giya.

Cibiran itu ternyata berhasil membuat Banu membuka kedua matanya. Seperti pagi-pagi sebelumnya, sebelum beranjak dari tempat tidur pasti Banu menyempatkan untuk menatap Giya. Tangannya terulur merapikan helai-helai rambut Giya.

Saat netranya berfokus pada bibir Giya yang sedikit bengkak, Banu tersenyum miring seraya mengusap bibir Giya.

"Bibir lo masih bengkak." Bisik Banu.

Giya mendengkus. "Gimana nggak bengkak kalo lo kayak piranha. Lagian lo kalo nyium nggak ngira-ngira, heran gue!" Semprot Giya yang justru membuat Banu semakin terkekeh geli.

Ya, semalam sebelum mereka tertidur, Banu seperti tidak pernah ada puasnya mencium bibir Giya. Entah berapa kali mereka berciuman. Ciuman yang harus diberi label 18+ tentu saja. Karena tangan Banu plus plus bergerilya. Banu hanya membiarkan Giya untuk mengambil napas barang sejenak kemudian kembali melahap bibir itu.

"Bibir lo candu banget, Gi, bikin gue susah berenti."

"Bilang aja doyan!" Dengkus Giya.

"Itu tau."

Giya langsung menghadiahi pelototan untuk Banu. "Awas dulu ih, gue mau bangun!"

Bukannya menyingkirkan tangannya dari perut Giya, Banu justru mendorong Giya hingga Giya telentang. Selanjutnya Banu menaungi Giya di atasnya.

"Kali ini bentaran doang deh, janji." Ucap Banu sebelum selanjutnya membungkam bibir Giya dengan satu ciuman dalam.

Giya memukul-mukul Banu hendak protes membuat Banu menggeram lalu melepaskan ciuman mereka.

"Nggak ada bentar-bentaran, buruan bangun! Lagian semalam udah berapa jam coba, masih kurang aja!" Sungut Giya. "Bangun nggak!" Giya mendelik tajam.

Alarm peringatan langsung berbunyi di kepala Banu, ucapan Giya barusan tentu saja tersirat sebuah ancaman. Dengan tak rela akhirnya Banu menyingkir dari atas Giya membuat gadis itu tersenyum penuh kemenangan.

Giya pun langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu. Sekitar sepuluh menit Giya sudah keluar dari kamar mandi.

Tetangga Jauh (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora