6. Janjian

22.6K 2.1K 28
                                    

Jangan lupa ⭐ ya!

Yuk ramaikan part ini...

Happy reading!

💟💟💟

"Sayanggg kamu kenapa sih? Dari tadi aku diciuekin?!"

Banu memijat kedua pelipisnya, kepalanya terasa bendenyut. Rasanya akhir-akhir ini ia sungguh muak dengan sikap manja Mala yang mulai banyak menuntut ini dan itu.

Tadi siang sewaktu Banu sedang berkumpul di rumah Zeki, ia terus diteror dengan chat dan panggilan telepon dari kekasihnya itu. Mala terus memaksa Banu untuk datang ke kost-an milik Mala.

Sejak Banu sampai di kamar kost Mala, lengannya terus digelayuti oleh Mala, lengkap dengan segala rengekan protesnya. Menurut Mala akhir-akhir ini sikap Banu berubah. Hal itu semakin menambah sakit kepala Banu.

Selama berpacaran dengan mantan-mantannya, ia tidak akan pernah mau diribetkan dengan urusan menye-menye kekasihnya. Jika ada yang mulai berulah menuntut ini dan itu, maka Banu akan langsung mengakhiri hubungan mereka. Dan baginya pantang untuk balikan dengan mantan.

"Mal, bisa nggak sih lo nggak ngerengek mulu? Pusing nih kepala gue!" Ucap Banu dengan nada yang mulai meninggi.

Mala langsung tersentak mendengar ucapan Banu, ia jelas tidak mau membuat Banu murka dan berakhir dengan hubungannya yang kandas begitu saja. Menyemat predikat sebagai 'mantan Banu' seperti siswi-siswi lainnya di Unggulan, tentu bukan keinginannya.

"Iya iya, aku minta maaf. Aku cuma minta sedikit waktu kamu doang kok. Dulu kamu nggak pernah nyuekin aku. Hampir tiap hari pasti kamu ke kosan aku." Ujar Mala lirih. Ia lebih memilih mengalah.

Tentu saja dulu Banu selalu datang ke kamar kos Mala, layaknya sepasang kekasih yang baru merajut asmara tentu ia ingin selalu berduaan dengan sang kekasih. Dan hanya di kamar kost Mala lah ia bisa bebas bermesraan dengan Mala tanpa ada yang menggangu.

"Terus kenapa lo nyuruh gue ke sini?" Tanya Banu yang membuat Mala menghela napas.

"Nggak harus ada alasan kan kalo aku nyuruh pacar aku ke sini? Kamu juga dulu kan tiap hari selalu minta buat dateng ke sini dulu pas pulang sekolah."

Banu menghela napas berat. Rasanya ia tidak ingin berdebat, karena itu sangat melelahkan. Apalagi berdebat dengan makhluk yang bernama perempuan.

Melihat Banu tidak merespon ucapannya, Mala memberanikan diri menarik bahu Banu untuk tiduran di atas pahanya. Banu pun menurut.

Mala memijat dahi Banu cukup lama. Setelahnya ia menundukkan kepalanya, mengecup bibir kekasihnya itu. Melumat bibir atas dan bibir bawah Banu bergantian.

Mala melepaskan tautan bibirnya karena Banu tidak membalas ciumannya. "Bales ciuman aku dong, Sayanggg!" Mala kembali merengek.

Saat ini Mala bahkan menarik lengan Banu untuk duduk, dan ia langsung duduk di pangkuan Banu. Mala kembali menyatukan bibir mereka. Ia sungguh rindu bermesraan dengan Banu seperti sebulan lalu saat awal mereka jadian, disertai dengan keterampilan tangan Banu dalam bergerilya.

Setiap inci sentuhan Banu di tubuhnya selalu bisa membuai Mala, membuat Mala merasa seperti tersengat listrik. Ia bahkan sempat menduga-duga apakah Banu termasuk salah satu dari manusia listrik.

Jemari Mala menyusup di celah-celah rambut Banu, kemudian meremasnya. Hal itu membuat Banu menggeram.

Mala tersenyum penuh kemenangan. Ia bahkan lebih berani, mengambil tangan Banu dan memasukkannya ke dalam kaosnya. Mengarahkannya pada sesuatu yang ia yakini itu benda kesukaan Banu.

Tetangga Jauh (TAMAT)Where stories live. Discover now