55. SAH !

32.6K 1.5K 54
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Soka Ayana Giyanti binti Soni Herdiawan dengan mas kawin tersebut tunai."

Setelah Banu mantap mengucap ijab qabul dalam satu tarikan napas, seruan SAH pun serempak terdengar.

Banu menitikkan air mata. Di samping Banu, sang istri pun meneteskan air mata haru. Tak mudah bagi mereka untuk sampai di titik ini. Banyak pengorbanan yang harus mereka lalui. Mereka kini telah benar-benar resmi menjadi suami-istri.

Banu tak berkedip memandang Giya yang begitu anggun khas pengantin Sunda dalam balutan kebaya putih dengan ekor panjang yang menjuntai dipadu dengan kain batik bernuansa putih - cokelat. Riasan mahkota siger dan kembang goyang juga turut menghiasi tatanan rambutnya. Bentuk wajik berwarna hijau menghiasi keningnya. Pun dengan ronce melati yang menjuntai dari sanggul hingga ke bagian dada. Itulah sebagian riasan yang Banu lihat.

Banu mengulurkan tangan kanannya, Giya menjabat tangan sang suami lalu diciumnya punggung tangan itu. Banu mengecup lembut kening perempuan yang kini telah sah menjadi istrinya. Keharuan menyeruak dari kedua sorot mata mereka, keduanya pun tak saling melepas tatapan.

Raut wajah bahagia begitu kentara membingkai di wajah sepasang pengantin baru itu. Pun dengan kedua keluarga besar mempelai, senyum dan tangis haru mengiringi prosesi sungkeman mereka.

Selepas sesi foto bersama dengan para keluarga dan kerabat, Banu dan Giya lebih dulu beristirahat di kamar hotel di Bandung yang disediakan oleh pihak vendor. Sementara acara resepsi pernikahan mereka akan dihelat jam empat sore nanti di hotel yang sama.

Beberapa keluarga besar mereka yang datang dari luar Bandung pun menginap di hotel ini.

Banu yang telah melepas beskap putih yang dipakai saat akad nikah tadi, kini hanya mengenakan bokser dan kaus oblong putih. Sementara Giya juga sudah melepaskan kebaya putih yang tadi membalut tubuhnya, hanya menyisakan celana legging dan juga bustier yang menjadi dalaman kebayanya.

Giya duduk menyamping di pinggir ranjang, sementara Banu membantu Giya melepas aksesoris yang menghiasi tatanan rambutnya. Sesekali Giya terkikik karena Banu menggerutu saat beberapa kembang goyang yang tersangkut di rambut sang istri. Setelah cukup lama, kini surai panjang berwarna cokelat itu sudah tergerai.

Banu mengumpulkan seluruh rambut Giya, kemudian disampirkan di pundak kiri perempuan yang baru saja resmi menjadi istrinya itu. Ia mendaratkan dagunya di pundak kanan Giya. Kedua tangannya melingkari lengan atas sang istri.

Perlahan, bibir Banu menghujani kulit leher halus Giya dengan kecupan-kecupannya membuat atmosfer di sekitar keduanya terasa panas. Kedua tangan Banu seperti mempunyai tugasnya sendiri yaitu membuka ritsleting kamisol yang masih dipakai oleh sang istri. Setelahnya sebelah tangannya pun menyusup ke dalam sana.

Pundak dan punggung Giya yang terbuka membuat Banu semakin leluasa berpesta di sana. Pun tangannya yang ikut berpartisipasi.

"Jangan bikin kissmark lho, sebentar lagi ada resepsi!"

Giya perlu mengapresiasi pada dirinya sendiri, di saat geloranya mulai tersulut oleh cumbuan tangan dan juga bibir yang bertubi-tubi dari sang suami, otaknya masih sempat memberi peringatan.

"Damn it!" Banu mengumpat pelan mengingat masih ada lagi serangkaian lagi dari acara pernikahannya hari ini.

"Tapi, Gi..." Banu merengek frustasi. Kalau ada pilihan, ia lebih memilih mengurung istrinya saja daripada harus mengikuti resepsi pernikahan mereka.

Giya terkikik. Ia berbalik sehingga berhadapan dengan sang suami. Telapak tangan halusnya mengusap lembut rahang Banu, mengusap turun lalu naik kembali. "Sabar ya! Kalo nanti malem bisa lebih lama dibanding sekarang." Bisiknya sensual.

Tetangga Jauh (TAMAT)Where stories live. Discover now