13. Canggung

21.4K 1.7K 12
                                    

Happy Reading!

💟💟💟

"Giya!"

Giya menghentikan langkahnya saat hendak memasuki halaman rumahnya ketika Fira memanggilnya.

"Ada apa, Tan?" Tanya Giya begitu ia sampai di teras rumah Fira.

"Kamu hari ini sibuk nggak, Sayang?" Tanya Fira lembut seraya mengusap lengan Giya.

"Nggak sih, Tan. Hari ini aku di rumah aja."

Mata Fira langsung berbinar, senyumnya mengembang begitu lebarnya seperti anak kecil yang permintaannya dituruti oleh orang tuanya.

"Wah kebetulan banget dong! Hari ini bantuin Tante masak-masak mau ya?" Senyum Fira masih terpatri di wajah cantiknya meski usianya sudah kepala lima.

Giya nampak berpikir. Kalau saja semalam ia tidak bermuah-muahan dengan anaknya tante Fira, sudah pasti Giya langsung menyetujuinya.

Namun sekarang? Rasanya canggung banget kalau ia harus bertemu dengan krokodayl yang satu itu setelah kejadian semalam.

Melirik tante Fira yang masih menunggu jawaban darinya. Giya yakin sekali kalau tante Fira berharap Giya menjawab "iya". Lihat saja binar matanya, seperti seseorang yang sedang menunggu jawaban cinta.

Giya mengembuskan napas pasrah. "Ok deh, Tan." Jawab Giya akhirnya.

Nah lihatlah, senyum tante Fira sekarang semakin lebar dengan sejuta makna yang sulit Giya artikan.

"Emang mau ada acara apa, Tan?" Tanya Giya yang sebenarnya agak kepo. Tak biasanya Fira mengajaknya masak-masak bersama.

"Itu, nanti malem temen-temennya Banu mau main ke sini. Sekitar lima orang lah."

Deg. Jantung Giya aerobik lagi di pagi ini saat mendengar nama Banu disebut.

"Oh gitu, Tan." Jawab Giya seperlunya sambil tersenyum canggung. "Mau mulai masak jam berapa, Tan?"

"Sekarang jam berapa ya?" Fira bertanya balik sambil menepuk pelan punggung tangan Giya. Berhubung Giya anak cantik dan manis jadi Fira menepuknya teramat pelan, beda cerita lagi kalau Banu yang ditepuk.

Giya melihat ponselnya sekilas. "Jam sembilan, Tan."

"Nah kalau gitu mulai sekarang aja yuk! Kamu pasti belum sarapan kan?" Semangat Fira semakin bertambah.

"Belum sih, Tan. Ini abis beli ketoprak." Jawab Giya sambil nyengir.

"Ya udah makan di rumah Tante aja yuk daripada sendirian di rumah." Tanpa persetujuan Giya, Fira langsung menarik lengan Giya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Giya hanya mengikuti saja saat tangannya ditarik oleh Fira.

Netra Giya otomatis memindai setiap sudut rumah Banu begitu ia masuk. Banyak foto-foto Banu sewaktu kecil yang terpajang di meja, entah yang sedang sendiri atau sedang bersama orang tuanya.

Fokus mata Giya kini beralih pada sebuah bingkai besar yang terpajang di dinding ruang tamu. Di sana ada foto keluarga, Fira yang sedang duduk di kursi diapit oleh Deri dan Banu. Di foto tersebut, Banu terlihat begitu memesona. Memakai kemeja panjang, rambut yang disisir rapi, serta senyum yang mengembang di wajah tampannya. Membuat dua sudut bibir Giya ikut terangkat.

"Ayo, Gi!" Suara Fira yang hampir sampai di dapur menginterupsi keterpanaaan Giya pada foto keluarga itu, ah lebih tepatnya terpesona pada Banu di foto tersebut.

"Ah.. Iya, Tan." Giya tersenyum kikuk, langkahnya ia ayun mengikuti Fira.

Fira langsung mengajak Giya duduk di meja makan. Di sana sudah tersaji nasi goreng lengkap dengan potongan bakso dan sosis. Di piring lain tersaji beberapa potong telur dadar, satu piring lagi terisi parutan keju cheddar, serta satu toples berisi kerupuk.

Tetangga Jauh (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora