35. Erina Si Mpok Lambe

16.2K 1.2K 9
                                    

Ramein kolom komentar yuk...

🌸 Happy Reading 🌸

Sesampainya di Marcom, Erina langsung menarik tangan Giya menuju ruang santai yang tersedia di Marcom. Selain di ruang santai itu lebih leluasa karena ada banyak bantal-bantal besar dan juga beberapa bean bag, di sana juga sepi.

"Gimana gimana?"

Giya langsung mendengkus. "Sabar, Neng!"

"Jadi pas Senin sore itu anak demam. Paginya gue nggak tega lah kalo ninggalin dia sendirian. Ya jadinya gue cuti." Giya mulai bercerita.

Erina mengangguk-angguk. Benar juga, sekarang kan Banu hidup sebatang kara. Kalau anak itu sakit pasti tidak ada yang mengurusinya.

"Duuhh kalian itu kayak apa ya? Gue bingung jabarinnya." Ucap Erina sambil bertopang dagu. Pandangannya seperti sedang menerawang jauh. Entah apa yang sedang diterawang, begitulah pandangan Giya saat ini.

"Ya nggak kayak gimana-gimana, Er." Sahut Giya enteng seraya memainkan ponselnya.

"Lo sama dia udah sejauh apa sih? Asli gue penasaran banget." Tanya Erina seraya menaikturunkan kedua alisnya.

Giya memutar bola matanya, selalu pertanyaan semacam itu yang terlontar.

"Sejauh apa, apaan deh?"

"C'mon, Gi, lo nggak usah nutup-nutupin lagi dari gue deh! Gue paham banget ya tipe-tipe hubungan kalian itu. Tanpa status tapi mesra. Iya apa iya?" Tuding Erina seraya mengacungkan telunjuknya di depan Giya.

Giya hanya mengedikkan bahu. Sepertinya tanpa perlu menjawab, sahabatnya itu sudah menyimpulkan sendiri.

"Kalian pasti udah pernah ciuman kan? Nggak mungkin banget belom pernah, kalian tinggal serumah pasti ada khilaf-khilafnya kan. Ngaku lo sama gue!?"

Giya langsung meraup wajah Erina dengan kedua telapak tangannya, tak lupa menoyor dahi sahabatnya itu. "Otak lo perlu direparasi kayaknya deh, Er, mikirnya cipokan mulu anjir!"

Erina tentu saja mengerucutkan bibirnya. "Elah tinggal jawab aja sering apa nggaknya."

Kemudian Erina membungkukkan tubuhnya ke dekat Giya, kalau sudah begini pasti akan ada pertanyaan random yang meluncur dari mulut Mpok Lambe itu.

"Ciuman dia gimana, Gi? Hot nggak? Kayak vacuum cleaner nggak?" Kedua alisnya kembali naik-turun, senyum gelinya tertahan di sudut bibir.

Giya memejamkan matanya secara dramatis. Benar saja tebakannya, Erina pasti bertanya hal-hal aneh. Ditambah justru wajah Erina lah yang bersemu merah usai menanyakan hal itu. Apa tadi pertanyaannya, ciuman vacuum cleaner? Seperti apa itu model ciumannnya. Sedot-menyedot kah?

"Hot banget anjir! Bibir gue kayak disedot-sedot tiap ciuman, yaa cem vacuum cleaner lah." Jawab Giya menahan tawa, sudut bibirnya sudah pasti berkedut.

Kini Erina yang mengusap kasar wajah Giya. "Anjir lah malah diperjelas gitu, bikin otak gue langsung traveling!"

Giya tentu saja langsung terbahak. "Lo kan nanya, ya gue jawab lah!"

Mata Erina langsung menyipit curiga. Sudut bibirnya pun terangkat sebelah. Benar-benar sudah seperti reporter infotainment yang baru saja mendapat berita super panas. "Tadi lo bilang, bibir lo kayak disedot-sedot 'tiap ciuman'?"

Wajah Erina sudah tentu saja menyeringai dan menekankan kata tiap ciuman.

"Brarti bener kan analisis gue yang bilang kalo kalian udah muah-muahan? Atau semenjak baikan malah jadi tiap hari mungkin? Tiap mau bobo dan bangun bobo?" Cecar Erina.

Tetangga Jauh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang