18. Di Bawah Langit Berbintang

21K 1.6K 23
                                    

Happy reading!

💟💟💟

Setelah menuntaskan panggilan alam, Giya dan Banu kembali ke tenda. Tangan Banu tentu saja setia menggenggam tangan Giya.

Ya, setelah mereka berbaikan pada malam itu, hal-hal seperti berpegangan tangan menjadi hal biasa bagi mereka. Hampir di setiap kesempatan, Banu selalu menggenggam jemari lentik Giya. Bahkan tak jarang juga tangan aktif milik Banu merangkul pinggang Giya.

"Mau bikin minuman dulu nggak?" Tawar Banu. Mereka masih berdiri berhadapan di depan tenda.

Giya nampak berpikir, kalau langsung masuk ke tenda pun ia tak akan mungkin langsung tidur karena matanya sudah segar setelah tadi mencuci muka.

"Boleh deh. Minum energen enak kali ya." Jawab Giya terkekeh.

Banu ikut terkekeh, lalu menarik gemas kedua pipi Giya. "Ya udah lo duduk dulu, gue masak airnya dulu."

Selanjutnya Giya memperhatikan Banu mengeluarkan matras berwarna hitam untuk mereka duduk di depan tenda. Banu terlihat serius saat memasang gas portable ke kompor mini portable, kemudian menyalakan kompornya.

Sementara Banu menyiapkan kompor, Giya memilih menyiapkan energen yang ia tuang ke dalam gelas.

"Lo mau rasa apa?" Tanya Giya mengangkat kedua tangannya. Tangan kanan memegang energen rasa coklat, sementara tangan kiri memegang energen rasa vanila.

Banu menoleh ke arah Giya. "Rasa yang terpendam."

Setelah mengucapkan itu jangan lupakan bibir Banu yang amat kentara sedang menahan senyum.

Giya mencebikkan bibirnya. "Tau gitu nggak gue tanya!"

Banu terkikik geli. "Coklat aja." Jawab Banu sambil mengusap lembut rambut Giya.

Sambil menunggu airnya matang, Banu mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi musik. "Dengerin lagu ya biar nggak sepi."

Giya hanya mengangguk.

Lagu Rahasia Hati milik Nidji mulai terdengar. Banu tentu saja sengaja memutar lagu itu, berharap Giya akan peka dengan rahasia hatinya.

Banu bernyanyi sedikit keras saat masuk ke bagian reff.

I wanna love you like the hurricane
I wanna love you like a mountain rain
So wild so pure
So strong and crazy for you

Andai matamu melihat aku
Terungkap semua isi hatiku

Giya memandang Banu dari samping yang sedang menopangkan dagunya di kedua lututnya yang sedang ditekuk. Mulutnya masih ikut bersenandung mengikuti lagu.

"Kenapa, hm?"

Banu tersenyum menatap bibir Giya yang terlihat masih bengkak akibat ulahnya tadi.

"Nggak papa, cuma pengen lama-lama ngeliatin lo aja." Sudut bibir Giya berkedut menahan senyum.

"Eiii jangan pehape-in anak orang ya, Anda!" Ujar Banu dengan telunjuknya yang ia goyang-goyangkan di depan Giya.

Giya mendengus, sepertinya Banu tidak berkaca. Padahal dialah yang paling sering flirting padanya. "Ban, mau gue pinjemin kaca nggak?"

Banu langsung tergelak. Ternyata selama ini Giya menganggapnya PHP. Ia tak menyalahkan Giya, pendekatan yang ia lakukan selama ini memang berselimut jenaka. Karena kali ini, ia tak mau menjadi agresif.

Tetangga Jauh (TAMAT)Where stories live. Discover now