4. Efek Dari Seorang Banu

26.6K 2.4K 17
                                    

Hai hai, tekan ⭐ dulu ya!

Tinggalin jejak kalian di part ini...

Happy reading!
 

💟💟💟

Ketika motor matic Erina memasuki pelataran rumahnya, Giya sempat melihat Banu yang sedang bermain basket. Sempat membalas singkat lambaian tangan Banu padanya.

Giya yang hendak melangkah menuju pintu, namun suara gumaman Erina membuatnya mengernyit.

"Apa hantu jaman sekarang pada bisa main basket ya?" Erina bergumam pelan saat melihat ada seorang lelaki sedang bermain basket di rumah depan sana.

Erina langsung mengejar Giya dan mencengkram pergelangan tangan Giya.

"Apaan sih, Er, sakit woii!" Sungut Giya sambil menghempaskan tangan Erina.

"Gi, kayanya baru kali ini deh gue nggak takut ngeliat hantu. Hantunya ganteng banget gila!!!" Erina kembali menarik tangan Giya agar Giya tidak melanjutkan langkahnya karena lagi-lagi Giya hendak masuk ke dalam rumahnya.

"Hantu apaan sih, Er? Jangan halu deh, ngeri gue!" Giya tak habis dengan isi pikiran sahabatnya itu.

"Itu, ada hantu di rumah depan." Cicit Erina sambil menunjuk ke arah rumah di seberang sana.

Giya mengikuti arah telunjuk Erina, ia sempat bingung karena di sana hanya ada Banu yang masih bermain basket. Namun beberapa detik ia tersadar, yang dimaksud hantu oleh Erina adalah si Banu. Hal itu membuat Giya tertawa kecil.

"Oh itu. Yang lo liatin itu bukan hantu kali, Er, itu asli manusia. Dia baru pindah ke sini Sabtu kemarin." Giya menjelaskan pada sahabatnya itu.

"Hah? Jadi itu rumah udah ada yang nempatin? Kok lo nggak cerita sih, Gi,  kalo punya tetangga baru yang kece kayak gitu. Jahat lo jadi temen!"

Giya memutar bola matanya mendengar ocehan Erina yang selalu melebih-lebihkan sesuatu. "Lupa gue mau cerita." Giya mengedikkan bahu sambil berjalan menuju pintu.

Erina pun mengekor di belakang Giya, sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat ke arah Banu.

"Bening banget."

💟💟💟

Giya dan Erina memasuki Joy Cafe, pandangan mereka menyisir mencari meja yang masih kosong. Giya melangkah lebih dulu saat melihat ada meja yang kosong di bagian pojok kafe.

Erina mengikuti langkah Giya, namun baru beberapa langkah ia kembali heboh karena melihat tetangga barunya Giya sedang berada di kafe itu juga dengan beberapa orang pemuda yang terlihat sebaya dengannya.

"Gi, Gi, oemji itu ada tetangga baru lo, dia lagi di sini juga!" Pekik Erina sambil berlari kecil karena ternyata Giya sudah meninggalkannya. Jangan lupakan tangannya yang juga ikut heboh, menepuk-nepuk tangan Giya.

Mendengar hal itu Giya langsung mempercepat langkahnya, ia begitu malu karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian beberapa orang karena kehebohan Erina.

"Er gila lo ya, malu-maluin banget asli toa lo itu!" Sembur Giya ketika mereka sampai di meja yang mereka tuju.

"Ah lo, Gi, dari tadi ngomel-ngomel mulu deh kek emak gue kalo tupperwarenya ada yang ilang!" Erina mendengus, bibirnya langsung mengerucut.

"Ya lagian lo heboh banget. Ada siapa sih?"

"Itu Gi ada tetangga baru lo itu, dia kongkow di sini juga ternyata. Arah jam 8."

Tetangga Jauh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang