58. Tetangga Cantik

22.8K 1.3K 20
                                    

Udah pada bosen belum sih nunggu kelanjutan TJ?
🧐🤔

Aku lagi nggak bisa ngetik tiap hari soalnya huhuhu...

🌸 Happy Reading 🌸

"Sayang bangun, jalan pagi dulu yuk."

Giya sedikit terusik dalam tidurnya karena wajahnya dihujani kecupan oleh Banu.

"Masih ngantuk banget." Gumam Giya lesu dengan mata yang masih terpejam erat.

Banu terkekeh, melanjuti mengganggu tidur Giya sampai istrinya itu benar-benar terbangun. "Nggak boleh males! Ayo bangun, jalan pagi dulu."

Giya akhirnya membuka matanya perlahan, menyesuaikan retinanya dengan cahaya matahari pagi yang perlahan masuk melalui celah gorden.

"Jam berapa sih?" Bukannya duduk, Giya justru memeluk perut Banu yang duduk di sampingnya.

"Jam setengah delapan, sayang. Yuk bangun dulu ah keburu makin panas."

"Bangunin." Rengek Giya serasa mengangkat kedua tangannya ke arah Banu, kedua matanya masih terpejam. Giya benar-benar masih mengantuk.

Banu terkekeh, kedua tangannya memegang Giya di bawah ketiak istrinya itu, kemudian menariknya pelan. "Uluh uluh bayi beruangnya aku manja banget."

Candaan itu membuat kedua mata Giya terbuka sempurna lalu memukul lengan Banu sedikit kencang. "Kebiasaan banget manggil aku bayi beruang terus!" Cebiknya membuat Banu tertawa.

"Udah seger?" Tanya Banu lembut sambil merapikan helaian rambut Giya.

Gita hanya mengangguk berulang, membuat Banu mengacak rambutnya.

"Ya udah cuci muka dulu gih. Mau aku gendong?" Tawar Banu.

"Nggak, jalan sendiri aja."

"Aku tunggu di luar ya?"

Giya hanya mengangguk dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah lengkap dengan setelah olahraga, Giya pun menyusul Banu yang sudah duduk di sofa ruang tamu. Lelaki itu langsung berdiri begitu Giya mendekat.

Banu mengulurkan tangan kanannya yang langsung disambut oleh Giya. Mereka pun berjalan kaki menuju taman dengan jemari yang saling bertautan.

Kehamilan Giya sudah memasuki bulan ke sembilan. Menurut perhitungan, Hari Perkiraan Lahir bayi mereka tinggal tiga Minggu lagi.

Seperti biasa, Banu yang selalu paling semangat dengan rutinitas jalan pagi mereka. Ia selalu menemani Giya apabila istrinya itu jalan pagi di taman komplek perumahan mereka. Mereka baru pindah ke komplek ini sekitar tiga bulan lalu atas rekomendasi Elang yang lebih dulu tinggal di komplek ini.

Giya dan Elang kini bertetangga, rumah mereka berhadapan. Waktu Giya hamil empat bulan, mereka berempat sempat makan siang bareng. Banu bercerita kalau ia sedang mencari rumah, karena Giya merasa kurang nyaman tinggal di apartemen. Terlebih mereka akan mempunyai anak, akan lebih nyaman kalau memiliki halaman rumah sendiri untuk anak mereka bermain nantinya.

Elang akhirnya memberi tahu pada mereka kalau rumah di depannya sedang dijual, barang kali mereka berminat. Seminggu kemudian mereka melihat-lihat rumahnya itu.

Ekslusif townhouse 3 lantai dengan lantai 1 sebagai basement itu ternyata menarik minat mereka. Giya sangat menyukai desainnya. Rumah itu juga memiliki kolam renang pribadi. Terlebih sarana dan prasarananya sudah cukup lengkap. Banu pun langsung membelinya dan mereka memutuskan pindah ke sana sebelum Giya melahirkan.

Tetangga Jauh (TAMAT)Where stories live. Discover now