Chapter 3

474 68 7
                                    

Adegan Bakugou yang menggendong Ayano membuat seluruh mata memandang mereka. Terutama Momo, gadis itu yang paling tau apa yang terjadi. Ia kembali mengingat pesan dari Kazima Chisa, ibu Ayano sekaligus adik dari ayahnya.

"Tolong, selalu perhatikan dia ya, Momo-chan. Ayano sering lupa meminum obatnya dengan rutin." ucap Ibunda Ayano beberapa hari sebelum ia ke Jepang.

"Kau-apa yang-ah sudahlah. Makanlah dulu." ucap Momo ketika melihat Ayano. Setelah ia mengambilkan sedikit mie soba dan beberapa potong sushi untuk Ayano ia berdiri menghampiri Bakugou yang berada di ujung dekat jendela.

"Bakugou, apa kau membangunkannya dengan kasar? Dia punya darah rendah, jika kau tiba-tiba membangunkannya seperti itu, ia akan kaget lalu darah rendahnya akan kambuh." ujar Yaomomo dengan tajam.

Pandangan itu tak luput dari pandangan Todoroki yang tengah bersama Fumikage dan Midoriya. "Todoroki-kun, apa mereka berdua ada masalah?" tanya Midoriya. Fumikage ikut menatap Bakugou dan Yaomomo.

"Aku tidak tahu."

Bakugou hanya melirik Yaomomo sekilas. "Iya, tadi aku membangunkannya dengan kasar. Maaf."

"Oii Kacchann meminta maaf? Apa yang terjadi denganmu?" Goda Kaminari sambil merangkul Bakugou.

"URUSAI LISTRIK SIAL-"

Bakugou memilih keluar dari asrama dan menjadikan tangannya sebgai bantalan di atas rumput. Kaminari menatap Bakugou aneh. "Ada apa dengannya, Yaomomo?"

"Tidak tahu, Kaminari-kun. Sudahlah, ayo nikmati pestanya."

"Ah, kau benar."

Malam yang panjang, langit yang ramai akan bintang dan suara tawa mengiringi tempat itu. Ayano, gadis periang yang mulai memasuki gerbang dunia kepahlawanan, yang termasuk dunia gelap karena banyak terjadi pertumpahan darah. Oh iya, quirk Ayano yang lain adalah, melihat masa depan.

"Anu, Bakugou itu apa memang suka marah-marah?" tanya Ayano pada Uraraka dan yang lain.

Uraraka bingung. "Yah, begitulah tapi dia baik kok."

"Aku tahu. Tapi apa dia tidak lelah marah-marah terus?" Gumam Ayano. Gelak tawa memenuhi ruangan.

"Ternyata kau juga berpikir begitu ya. Ayano-chan?" tanya Fumikage Tokoyami.

Ayano menatap Fumikage. "Tentu saja. Apa tenggorokannya itu sama sekali tidak sakit?"

Lagi, mereka tertawa tentang kelakuan Bakugou yang terkadang membuat mereka terhibur.

"Yah, mau bagaimanapun, begitulah Kacchan." ucap Deku sambil tersenyum.

"Ah kau benar. " balas Todoroki sambil meminum segelas teh herbal.

***

Hari mulai gelap, sekarang pukul sepuluh malam. Semua pesta telah dibereskan dengan cepat karena kami gotong royong. Ayano memilih keluar sejenak menikmati angin malam dan duduk di teras asrama. Sendirian, pikirnya. Tapi ia melihat seorang laki-laki tengah tertidur diatas rerumputan.

"Bakugo?" gumam Ayano lalu menghampirinya.

Bakugo tidur. Ya, dia tidur. "Kalau kau tidur begini kenapa tenang sekali?" ujar Ayano sambil tertawa pelan. Ayano mengelus rambut Bakugo dengan lembut, memasukkan rambut disela jari-jari mungilnya.

"In another life, i want be your girl," ucap Ayano lirih. Bakugo bisa mendengarnya dan merasakan sapuan lembut di pipi dan rambutnya tapi ia tak mau membuka matanya.

Ayano memandang langit dengan lamat. "Katsuki-kun, apa kau daritadi disini? Kau tau tidak, aku tadi malu setelah mengatakan kalau aku merasa hangat di dekapanmu. Jadi aku diam saja, takut kau marah padaku."

Aku senang tahu, ahō. Batin Bakugo.

" Katsuki-kun, jika aku mencintaimu, apa boleh?" tanya Ayano lalu tertawa hambar. "Yah, tidak mungkin juga kau membalas perasaanku, kan?" lanjutnya.

"Aku takut dia datang lagi, Katsuki-kun. Aku takut." ucap Ayano gemetar, perlahan air matanya turun membasahi pipi mulus Bakugo yang tengah tidur pura-pura itu.

"Aku tidak tahu siapa yang akan menjagaku disini, aku tidak mau merepotkan Momo-chan terus menerus." lanjut Ayano lirih.

Disisi lain Todoroki, Midoriya, Uraraka dan Kirishima tengah menyaksikan adegan itu. Menyaksikan seorang gadis yang tengah menangis gemetar diatas rumput sambil menopang kepala seorang laki-laki pemarah di paha mulus perempuan itu.

"O-oi, nanti kalau Ayano tiba-tiba di bentak Bakugo, bagaimana?" tanya Kirishima.

Midoriya menatapnya. "Tidak. Kacchan tidak seperti itu."

"Bagaimana kau bisa yakin Deku-kun?" tanya Uraraka.

Midoriya menatap Uraraka. "Karena aku sahabatnya sejak dulu."

Todoroki mengangguk. "Ah kau benar. Biarlah, ayo tidur."

"Tunggu, bagaimana dengan mereka?" tanya Kirishima panik.

"Sensei tidak akan mengurusi hal itu. Lagipula tadi dia juga melihatnya, kan?" ujar Todoroki.

Kirishima terdiam. "Baiklah, ayo tidur."

Kemudian mereka semua pergi menuju kamar mereka masing-masing. Bakugo membuka matanya, mengusap pelan pipi putih dan rambut hitam pekat itu dengan tangannya yang kasar karena selalu bertarung.

Mata Ayano membulat. "Katsuki-kun kau-"

Benda kenyal menempel di dahi Ayano lembut. "Daijōbu, ore wa koko nida yo."

Mata Ayano kembali memanas. Perlahan air matanya turun. "Oi, tidak apa-apa. Aku disini, ayo ku antarkan ke kamarmu."

"Katsuki-kun," panggil Ayano.

"Apa?"

"Jangan pergi, sebelum aku tidur."

Bakugo tersenyum. "Tak akan."

***

MAAF BANGET HALUKU MAKIN KETERLALUAN HAHA. YA UDAH SIH YA, HAPPY READING!

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Where stories live. Discover now