Chapter 15

183 29 0
                                    

Bakugo memasukkan tangan ke dalam sakunya. Berjalan menuruni tangga dan berdiri di belakang Ayano.

"Ah, iya Mama. Aku sudah makan kok,"

Jadi, Mama nya ya?. Batin Bakugo.

Mereka tengah melakukan video call, yah, tentu saja Bakugo terlihat disana. Tanpa laki-laki itu tahu.

"Ayano, siapa yang dibelakangmu?" tanya Chisa, Mama Ayano.

Ayano mengerutkan dahinya. "Tidak ada siapa-siapa kok."

"Ada kok, hai! Kau temannya Ayano ya?" tanya Chisa.

Bakugo bingung harus menjawab apa. "Sebenarnya, aku sudah jadi kekasihnya tahu."

Wajah Chisa tampak senang dan mata berbinar. "Akhirnya kau bisa memiliki kekasih dengan sifat keras kepalamu itu! Siapa namamu nak?"

Ayano tak bisa berbicara lagi. Bakugo terus mengusap pipinya yang membuat gadis itu panas.

"Bakugo Katsuki." jawab Bakugo sopan.

"Ah, Katsuki-kun ya? Tolong jaga Ayano ya, dia sangat keras kepala soalnya." ujar Chisa, Bakugo mengangguk tanpa sadar dan tersenyum.

"Ya sudah, nikmatilah waktu kalian ya. Papamu sudah memanggilku Ayano, jaga dirimu ya! Bakugo-kun, tolong jaga Ayano ya, Jaa!"

Panggilan itu mati secara sepihak. Bakugo tiba-tiba merubah ekspresi wajahnya menjadi yang biasanya. Ayano hanya terdiam memandang langit di atasnya.

"Bisakah kau bilang padaku dulu siapa yang meneleponmu? Hah!?" Kesal Bakugo.

Ayano berdiri. "Kenapa kau mengatur begitu? Kau tak berhak apapun."

"Harusnya kau yang memperbaiki pemikiran jelekmu itu. Dasar bodoh!" lanjut Ayano.

"AKU TIDAK BOD-"

"KAU BODOH! KAU BODOH!" potong Ayano.

Bakugo menghela napas. "Iya, aku bodoh. Aku minta maaf."

Ayano membulatkan matanya. "Kau bodoh! Kau memang bodoh! Kau selalu bodoh!" ujar Ayano lalu terisak. Perlahan air matanya turun.

Bakugo menarik tubuh gadis itu ke pelukannya. Mengusap punggung dan mencium kepala gadis itu pelan. "Sekarang, kau tak apa?"

Ayano mengangguk. "Iya,"

Bakugo tersenyum. "Kalau begitu, tadi kau jatuh kan setelah kita melakukan hal itu?"

Pipi Ayano memerah. "Ka-kau tau darimana?"

"Ya aku melihatmu, bodoh!"

"LALU KENAPA KAU TIDAK MENOLONGKU!?" kesal Ayano.

"Aku dipanggil Aizawa Sensei. Hukuman skors ku hanya tiga hari."

Ayano tampak bingung. "Eh, apa terjadi sesuatu?"

"Ah, tentu saja. Todoroki dan Deku mencari tahu bukti soal masalah kemarin. Cih padahal aku tak memintanya."

Ayano tertawa pelan lalu melepaskan pelukannya. "Kau ini, sebenarnya senang kan?"

"TIDAK!"

"Ah, padahal ku harap kau senang." goda Ayano sambil memandang wajah Bakugo yang sedang marah.

Bakugo terdiam lalu menghela napas lega. Akhirnya dia melihat tawa itu lagi. "Ah aku senang kok."

Disisi lain, teman-teman mereka menontonnya dari balik kaca. Yah, kalian pasti tahu siapa yang paling heboh.

"Sialan! Dia memeluknya! Dia memeluknya! Aku juga ingin!" ujar Mineta. Kaminari menatap lelah laki-laki pendek itu.

"Apa payudaranya besar? Apa kulitnya halus? Ah, aku ingin merasakannya!" lanjut Mineta.

Midoriya tersenyum lelah menatap Mineta. "Sudahlah, Mineta-kun. Kau ini memang selalu begitu." ujar Midoriya. Lalu semuanya tertawa

"Akhirnya..." gumam Yaoyorozu. Todoroki memandang wajah cantik itu dari samping. Ia bersyukur bisa bersama gadis itu.

"Ah, akhirnya." laki-laki setengah es dan api mengalihkan pandangannya menuju Bakugo yang tengah tersenyum menatap Ayano yang tertawa.

"Akhirnya aku bisa melihat senyum itu lagi," ucap Midoriya.

"Senyuman itu, terlihat sangat lembut dan hangat." timpal Jirou.

"Jika kita yang menertawakan dia, pasti kita sudah jadi abu." ucap Kaminari. Semua orang tertawa mendengarnya.

"Tidak." ujar Mineta.

Semua mata tertuju padanya, "Eh kenapa?"

"Karena Todoroki akan melindungi kita dengan es nya." ucap Mineta dengan wajah sombongnya.

"Belum tentu dia mau melindungimu lho, Mineta." balas Ashido.

"Oi Ashido! Kau ini jahat sekali!"

"AHAHAHAHA"

Malam itu adalah suasana dimana semua orang tertawa girang kesekian kalinya tapi malam ini, kebahagiaan mereka berkali-kali lipat.

***

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon