EXTRA PART 2

193 16 1
                                    

12 Years Later - Tokyo December 24 at 9 PM

Bakugo, Ayano, Keegan dan Kyouka tengah memepersiapkan barbeque an sederhana di halaman belakang rumah mereka yang terhitung luas. Ini pertama kalinya bagi mereka merayakannya bersama-sama, jadi hal itu membuat Bakugo sangat senang.

Rumah bernuansa Jepang dengan corak khas Jepang yang menonjol itu terkadang membuat Keegan dan Kyouka masih belum terbiasa karena biasanya, tiap tahun mereka akan bermalam di hotel atau dirumah kakek nenek mereka yang bentuk rumahnya pun modern.

"Katsuki-kun, dari dulu aku ingin menanyakan ini." Celetuk Ayano.

Bakugo menoleh. "Ada apa?"

Keegan dan Kyouka menatap kedua orang itu bergantian. "Kenapa seleramu seperti Shoto, sih, lama-lama?" Gerutu Ayano.

Bakugo tertawa sumbang. "Ah itu...."

"Kau tak suka?" Tanya Bakugo sambil menatap Ayano yang bermuka masam.

"Bukannya tak suka. Aku hanya merasa aneh saja tahu. Lagipula, walaupun Keegan dan Kyouka jarang disini, mereka merasa belum terbiasa dengan nuansa ini, huh..." jelas Ayano. "Aku tahu kalau saat itu kau tak ada pilihan lain selain meminta pendapatnya Shoto dan Izuku-kun kan?" Sinis Ayano.

Bakugo menggaruk tengkuknya, sedangkan Keegan tersenyum tipis. Kyouka terus tertawa melihat ayahnya yang takut kepada ibunya. Itu lucu.

"Pahlawan yang hebat itu ternyata takut kepada istrinya juga ya, wow." Ucap Keegan datar sambil memanggang daging babi diatas bakaran barbeque an tadi.

Kyouka menyetujuinya. "Jika saja aku diwawancarai media, aku pasti membocorkan hal ini." Timpal Kyouka.

"Kalian jahat sekali!" Kesal Bakugo. Tawa mereka tak terbendung lagi.

Ayano dan Bakugo saling menatap satu sama lain, tersenyum. Terakhir mereka bersamaa saat natal adalah malam itu. Ketika Bakugo, Mitsuki dan Ayano bermain salju bersama-sama. Sudah lama sekali.

"Akan aku belikan rumah yang baru." Ucap Bakugo tiba-tiba. Ayano melotot tak percaya. Jangan pedulian kedua anak mereka, tentu saja mereka tak peduli soal rumah.

"Jangan membuang-buang uang, Anata!" Kesal Ayano. Ia masih sibuk menyiapkan meja makan yang di letakkan di teras belakang rumah mereka.

Bakugo menghela rambut Ayano yang menutupi wajah gadis itu. "Aku tak pernah merasa membuang uang jika hal itu ditunjukkan untukmu, Ayano." Ucapnya. "Lagipula, aku kan jarang memberimu sesuatu. Itu pun karena kau selalu menolak." Sinis Bakugo.

Ayano menghela napas. "Baiklah, jika itu maumu. Akan ku habiskan uangmu untuk rumah itu beserta perabotannya."

Bakugo memaksakan senyumnya. "Boleh... Tapi kau tahu kan harus membayar dengan apa?" Ucap Bakugo. Ayano menoleh.

Mengacungkan jempolnya. "Beres! Aku juga akan berusaha!"

Bakugo tersenyum tipis. "Keegan!"

Anak itu menoleh. "Kenapa?"

"Tolong ambilkan buku interior beserta gambar-gambar rumah di map berwarna biru tua bertuliskan huruf H di ruang kerja Papa." Ujar Bakugo. Keegan mengangguk.

"Jangan sampai gosong!" Peringat Keegan pada adiknya.

Setelah itu, Keegan masuk ke dalam ruang kerja yang menurutnya sangat rapi. Mulai dari rak buku yang tersusun rapi, meja kerja, figura dan lainnya. Ini pertama kali baginya masuk ke dalam ruang pahlawan kesukaannya dulu.

Ia menghela napas. Lagipula, itu semua karena ibunya yang mencekoki untuk menyukai sang pahlawan Jepang yang paling hebat.

Keegan mengangkat satu foto diatas meja itu. Memperlihatkan Bakugo dan Ayano yang masih memakai seragam UA, terlihat Ayahnya dengan wajah kesal sedangkan Ibunya memasang wajah polos.

Keegan tersenyum. "Pantas saja Iida-sensei selalu bilang kalau kami berempat itu sangat mirip." Gumamnya.

Beberepa menit kemudian, setelah selesai mengambil map itu, Keegan hendak berjalan keluar tetapi matanya jatuh pada sebuah benda yang familiar baginya. Ia mengambilnya.

Pesawat berwarna putih dengan ekor berwarna biru muda. "Ini kan mainanku dulu, kenapa bisa disini?" Gumam Keegan. Ia keluar dari sana.

Keegan ingat, mainan itu diberikan oleh neneknya, Mitsuki saat berkunjung ke rumahnya di Las Vegas ketika liburan dulu. Walaupaun Keegan masih kecil, daya ingatnya sangat baik.

"Bagaimana bisa pesawat ini bisa disitu?" Gumamnya heran. Ia tahu kalau itu miliknya karena terukir nama キーガン ( Kīgan ). Neneknya yang mengukirnya dengan alat dulu.

"Kenapa kau lama sekali?" Tanya Bakugo saat menerima map itu.

Keegan menatap Ayahnya. "Kenapa pesawat ini bisa disini?" Tanya Keegan.

Bakugo menoleh setelah memberikan map itu pada Ayano. Kyouka masih asik memanggang para daging yang terhormat.

"Ah, dulu saat aku ada kunjungan ke rumah teman lamaku di AS, aku bertemu seorang anak kecil laki-laki. Namanya mirip denganmu, loh. Keegan." Jelas Bakugo. "Lalu karena dia menjatuhkan mainannya, aku memungutnya."

"Itu memang aku!" Kesal Keegan.

Wajah Bakugo melongo tak percaya. "Hah?"

"Dasar Ayah bodoh." Ucap Keegan.

"Apa katamu!?" Kesal Bakugo.

"Kau bodoh. Bagaimana bisa kau tak mengenali wajah anakmu? Jelas-jelas wajahku mirip denganmu." Kesalnya. Ayano menatap perkelahian dua orang itu dengan seksama. Masih belum mengerti akar permasalahannya.

"Aku mana bisa tahu! Bisa saja saat itu cuma kebetulan." Kesal Bakugo. Tapi di dalam hatinya, Bakugo sangat menyesalinya, kenapa ia tak mengenal putranya disini?

Keegan mendengus kesal, meninggalkan Bakugo dan Ayano. Menyusul adiknya. Bakugo menghela napas panjang.

"Kenapa Katsuki-kun?" Tanya Ayano.

Bakugo tersenyum. "Jadi..."

Setelah menjelaskan semuanya, Ayano mengerti. Memang benar wajah Bakugo dan Keegan sangatlah mirip. Hanya kepribadian Keegan lah yang bercampur sedikit dengan sifat humble Ayano. Wanita berumur 36 tahun itu menatap wajah lesuh Bakugo.

"Sayang, kita bisa menjelaskannya pel-"

"Aku ingat. Saat itu bahkan aku tak bisa marah padanya. Padahal saat itu Keegan sangat kurang ajar denganku, bahasanya kasar." Ucap Bakugo.

Ikatan batin, ya? Batin Ayano.

"Keegan mungkin bercanda padaku tapi tetap saja aku harus menjelaskannya, kan?" Ucap Bakugo. Ayano mengangguk.

"Tentu saja, dia pasti mengerti."

"Tapi tetap saja! Aku menyesal saat itu kenapa tak bertemu denganmu?!" Pekik Bakugo.

Ayano mengabaikannya. "Jika bertemu, mungkin akan kabur semakin jauh."

"Jahat."

"Lebih jahat siapa?"

Bakugo meneguk ludahnya. "Aku."

"Benar. Kau sangat jahat."

***

HAI

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA!



Lwerada

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang