Chapter 22

129 23 0
                                    

Ayano membuka pintu rooftop perlahan, terlihat ada seorang laki-laki memiliki rambut berwarna ungu tengah berdiri menatap langit dan matahari terik siang ini.

Gadis itu menghampirinya. "A-ano sedang apa kau disini?" tanya Ayano memberanikan diri.

Laki-laki menoleh, ia mengernyit heran. "Siapa kau?"

"Aku Kazima Ayano dari kelas 1-A. Kau siapa?"

"Oh, kelas pahlawan ya. Aku Hitoshi Shinso dari kelas 1-C." balas Shinso.

Ayano mengangguk. "Ah, begitu. Lalu sedang apa kau disini, Shinsou-san?"

"Menikmati angin."

"Apa kau sudah makan? Aku membeli kare tadi tapi sudah tak nafsu untuk makan." Ucap Ayano dengan senyuman.

Shinso terpukau. Rambut gadis itu seolah terbang terbawa angin. Kecantikannya bahkan tak bisa di utarakan dengan kata manapun. "Kalau kau tak keberatan, aku mau."

Mata Ayano berbinar. "INI! SILAHKAN!"

Hari demi hari, Ayano terus datang ke atap sekolah membawa kare bahkan ketika Bakugo dan yang lain magang sekalipun. Ia melupakan sosok Bakugo sejenak ketika bersama laki-laki bernama Shinsou.

"Ku dengar, kau berpacaran dengan Bakugo?" tanya Shinsou santai.

Ayano mengedikan bahunya. "Aku sudah putus sejak beberapa hari lalu, yang pasti sebelum aku bertemu denganmu."

Laki-laki yang tengah mengunyah kare itu mengangguk paham. "Kau tak makan?" tanya Shinso.

Ayano mengibaskan tangannya. "Tidak perlu. Kau saja,"

Shinsou menghela napasnya. "Kau selalu datang kesini dan membawakan makanan untukku tapi kau juga tak makan."

Ayano menunduk. "Aku tak suka kare." gumam Ayano. Shinso tertawa.

"Eh kenapa?" tanya Ayano.

"Sudah kuduga. Lalu kau suka apa?"

Ayano berpikir sejenak. "Udon."

Shinsou meletakkan kare itu di bawah, "Kau tunggu disini, aku akan membelikannya mu." Ucap Shinso lalu pergi.

Ayano ingin menghentikannya tapi laki-laki itu sudah menghilang dari pandangannya.

Disisi lain, Bakugo tengah berkeliling mencari Ayano yang sedari pagi terus menghindarinya. "Oi Momo sialan! Dimana kau sembunyikan Ayano hah!?"

Yaoyorozu meliriknya. "Aku tak tahu dia dimana, Bakugo-san dan berhenti mengataiku sialan."

"Dasar sialan kau ini!"

Yaoyorozu menatap lelah. "Sepertinya tak bisa ya?"

Bakugo mendecih. "Bakugo kau mau makan apa?" tanya Todoroki.

"HAH?!"

"Kacchan jangan berteriak, kau mau makan apa?" tanya Midoriya.

Bakugo memalingkan wajahnya. "Sashimi saja."

"Baiklah, aku akan membelinya." ujar Midoriya lalu pergi dari sana.

"Ah Shinsou-san, apa kabar?" tanya Midoriya ketika sedang antre.

Bakugo dan Todoroki memandang dari jauh. "Baik. Kudengar kau magang? Apa lancar?"

Midoriya tersenyum. "Iya, semua lancar kok."

"Syukurlah." balas Shinsou.

"Kau ingin membeli apa?" tanya Midoriya.

"Udon." balas Shinsou.

"Eh, kau suka sekali makan itu?"

Shinsou menggeleng. "Tidak tidak. Aku tak begitu suka sih. Aku hanya ingin membelinya untuk seseorang."

"Siapa?"

"Ayano-chan. Bukankah dia teman sekelasmu?" ucapan Shinsou membuat Bakugo seakan membuka telinga lebar-lebar. Todoroki melirik Bakugo yang memberikan wajah kesal.

Midoriya sendiri pun terkejut. "Ka-kau dekat dengannya?"

Shinsou tersenyum tipis lalu menggaruk kepalanya. "Ah, bisa dibilang iya tapi hanya sebatas teman, itu saja."

Midoriya yang mendengarnya menghela napas lega. Ia dapat merasakan aura membunuh dari Bakugo yang berada di belakangnya. "Aku hanya membalas kebaikannya karena ia akhir-akhir ini sering membelikan ku kare."

"Tsuyu-chan! Ajari aku masak kare, aku ingin belajar membuatnya." Ucap Ayano.

Tsuyu menatapnya. "Ah, baiklah. Untuk siapa?"

"Seseorang," Balas Ayano.

Kalimat itu terngiang di telinga Bakugo. Laki-laki itu menghampiri Shinsou lalu menarik kerahnya. "DIMANA DIA!?"

Teriakan itu menarik perhatian seluruh kantin. Shinsou sendiri bingung kenapa tiba-tiba Bakugo menariknya.

"Apa maksud-"

"DIA DIMANA?! APA KAU TULI!?"

Todoroki berusaha menarik Bakugo dari sana. "Apa kau tahu, Ayano-san dimana?" tanya Todoroki.

Shinsou tersadar. "Dia di atap gedung dua,"

"Kalau begitu terima kasih dan maaf atas perlakuan Bakugo ya."

"KENAPA KAU MINTA MAAF!?" kesal Bakugo ada Todoroki.

"Yah, kupikir kau sudah menariknya."

"AKU AKAN MEMBUNUHNYA KALI INI!"

"Sudahlah, Kacchan." ucap Midoriya.

"URUSĀI!"

Mereka berdua menghela napas. "Cepatlah kesana." usir Shinsou.

Bakugo menatap tajam. "HAH!?"

"Dan bawa Udon ini padanya. Titip salamku padanya ya, jaa!" lanjut Shinsou lalu pergi dari sana.

Bakugo menatap Shinsou kesal. "AKU BISA MEMBELINYA SENDIRI!?"

"Kau harus antre sepanjang itu tahu." ujar Todoroki. Panjang antrean itu bahkan seperempat dari baris makanan yang berada disana.

"KUBUNUH KAU SETENGAH!"

"Ah, maaf."

"JANGAN MINTA MAAF!"

"Baiklah, maaf."

"KUBILANG JANGAN MINTA MAAF!"

"Sudahlah, kalian berdua." ucap Midoriya melerai.

"Baiklah Midoriya, maaf."

Bakugo menatap Todoroki kesal. "JANGAN MINTA MAAF!"

"Baiklah, maaf."

"URUSĀI!"

***

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Where stories live. Discover now