Chapter 23

134 28 1
                                    

Ayano menikmati semerbak bau angin yang ditaburi ribuan bunga sakura. Hatinya terasa begitu tenang kali ini. Seperti air yang mengalir secara perlahan.

Ia mendengar suara pintu terbuka. "Ah, kau sudah kembali ya Shin-"

Mata mereka bertemu. Sudah hampir berminggu-minggu mereka tak berbicara karena Bakugo yang magang di agensi pahlawan. Ayano memutuskan kontak mata mereka lalu berdiri membelakangi Bakugo.

"Ini, Udon mu." ujar Bakugo.

Ayano menoleh, mengambilnya. "Terima kasih." Lalu gadis itu duduk. Bakugo masih berdiri.

"Kau tak duduk? Atau kau hanya mengantarkan ini saja?" tanya Ayano polos. Bakugo tersadar, jadi, gadis ini memperbolehkan dirinya disini?

Bakugo duduk berhadapan dengan Ayano. Mata laki-laki itu melihat dua bungkus kare, yang satu sudah dibuka dan satunya belum dibuka sama sekali.

Ayano melihat arah mata Bakugo. "Kau mau ini?"

Bakugo menatapnya. "Tidak."

Gadis itu menghembuskan nafas. "Ah begitu. Kalau begitu ku buang saja, ku pikir ada orang yang ma-"

"Berikan padaku." ucap Bakugo sambil merebut kare itu dari tangan Ayano. Gadis itu tersenyum.

"Aku membuatnya sendiri." ucap Ayano.

"Aku tahu." balas Bakugo singkat. Ia membuka bungkus kare itu perlahan, meletakkan di kotak bekal yang memang sudah ada disana dari awal.

"Apa enak?" tanya Ayano meminta pendapat. Bakugo memakannya sedikit.

"Terlalu asin bagiku." ucap Bakugo. Ayano menunduk lesuh. "Tapi jika yang makan adalah si Todoroki bodoh itu, ia pasti akan bilang enak." lanjut Bakugo sambil terus mengambil kuah kare.

Mata Ayano berbinar. "Kalau begitu besok akan kubuatkan untuknya!"

"TIDAK BOLEH!"

Ayano terkejut. "Eh kenapa?"

"Kenapa kau tak membuatkan untukku saja!?"

"Kau mau?"

Bakugo mengalihkan pandangannya, pipinya memerah. "Ten-tentu saja!"

Ayano tersenyum. "Baiklah. Akan kubuatkan untukmu, setiap hari?"

Bakugo menoleh. "Apa kau yakin?"

Ayano mengangguk kemudian berdiri. "Chef Ayano akan membuatkan kare terenak untukmu!"

Bakugo tersenyum tipis.

"Apa kau dekat dengan Shinsou?" tanya Bakugo memecah keheningan.

Ayano menatap Bakugo bingung. "Ya, dekat selama kau magang."

Kenapa aku merasa memergoki mereka selingkuh!?. Batin Bakugo kesal.

"Kau suka dengannya?"

Ayano mengangguk. "Tentu saja, dia baik."

Bakugo meremas sendok yang berada ditangannya. "Kau menyayangi dirinya?"

"Tentu saja."

Ucapan itu membuat Bakugo menatap nanar kare yang berada di depannya.

"Tapi aku lebih menyayangimu. Dia sangat baik sebagai seorang teman tahu." balas Ayano yang tengah mengumpulkan bunga sakura di tangannya.

Bakugo terkejut. "Tapi aku belum membuktikan apapun padamu ta-"

"Sudah kok."

"Hah?"

"Kotak obat itu sangat penting bagiku. Kau sudah menyelamatkan diriku saat itu." ujar Ayano. "Aku bilang kan? Kalau aku akan merindukanmu. Aku bersyukur sekarang kau baik-baik saja dan berada disini, bersamaku, Katsuki-kun."

Bakugo terpana sekali lagi dengan senyum manis itu. Ayano adalah gadis terbaik di sepanjang hidupnya.

Disisi lain, Todoroki dan Midoriya memandang mereka di balik pintu atap karena mereka mengantar Bakugo kesini. Takut jika ia akan mencari Shinsou dan menghajarnya.

"Maafkan aku. Aku tak mengerti apa yang akan ku katakan tapi aku sangat minta maaf padamu." ucap Bakugo ia tak berani menatap wajah itu.

Ayano menangkup pipi Bakugo. "Apapun kesalahanmu, aku akan memaafkannya tapi jika kau selingkuh, aku akan benar-benar membencimu." ucap Ayano pelan.

"Aku tak pantas denganmu." gumam Bakugo.

Ayano tertawa. "Hei, kata siapa?"

"Tidak ada. Aku hanya merasa begitu." Balas Bakugo.

"Jangan memikirkan hal yang tak perlu, otakmu itu bodoh atau apa hah!" kesal Ayano.

Ayano mencium bibir Bakugo tiba-tiba. Perempuan itu duduk di pangkuan Bakugo. Bakugo terkejut lalu dengan sigap ia mengambil pinggang Ayano dan memegangnya. Bakugo membalas ciuman itu.

"Okāeri..." Ucap Ayano sambil tersenyum.

Bakugo tersenyum, sungguh, ia ingin menangis. "Tadāima... Ayano..."

Todoroki dan Midoriya terpaku menatap mereka. Todoroki menatapnya polos dan Midoriya sudah duduk dengan napas tak beraturan.

"Sebaiknya kita pergi dari sini, Todoroki-kun. Kita bisa mati jika Kacchan tahu." ucap Midoriya.

Todoroki mengangguk. "Kau benar."

"Kau pernah melakukan itu dengan Uraraka?" tanya Todoroki polos. Midoriya membulatkan matanya.

"TIDAK!"

"Kupikir pernah."

"Lalu, kau pernah?" tanya Midoriya.

"Momo sering memintanya sih." balasan itu cukup membuat Midoriya menjadi patung.

"Arigāto Kami-sama, kau membuat sahabatku bahagia..." ucap Midoriya bersyukur.

***


JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA! DI SELURUH CHAPTER! BIAR AUTHOR SEMANGAT NULISNYA!!

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang