Chapter 17

142 20 0
                                    

Midoriya menatap Ayano yang terus-terusan menatap pintu kelas. Bakugo belum kembali bahkan ini sudah dua jam mata pelajaran berlangsung. Ia tak tahu apapun setelah ini apa yang akan terjadi, padahal beberapa hari lalu mereka baru saja berbaikan.

"Bakugo kapan kembali ya, Midoriya-kun?" tanya Ayano. Midoriya tersentak dari lamunannya.

"A-ah i-iya itu, a-ano--aku juga ti-"

"Mō i," balas Ayano lesuh. Ia menundukkan kepalanya, lalu mengangkatnya kembali.

"Aku tak pernah mencintai seseorang seperti ini. Bakugo, dia, laki-laki yang paling aku cintai saat ini dan entah sampai kapan itu," ucap Ayano. Tanpa sadar kalimat itu membuat semua orang terkejut.

"Apa maksudmu, entah sampai kapan?" tanya Midoriya.

Ayano tersenyum sekilas. "Jika terus seperti ini, aku lebih baik pergi saja, Midoriya-kun. Aku tak ingin bersaing dengan orang lain dan aku tak ingin orang lain bersaing denganku." balas Ayano tampak santai.

Tubuh Midoriya menegang. Beruntung hari ini Aizawa Sensei sedang pergi keluar dan mereka hanya diberi tugas saja.

"Ka-kau kenapa berpikir begitu? Kacchan itu orangnya tidak seperti it-"

"Tapi Bakugo yang kulihat adalah Bakugo yang seperti itu! Kenapa dia tak pernah memperlakukan hal yang ia lakukan padaku di asrama, saat di sekolah ini!?"

Midoriya hanya memandang mulut Ayano yang bergetar menahan tangisannya. Wajah cantik itu tertutupi rambutnya yang indah.

Bukan hanya Midoriya yang mendengarkan keluh kesah itu. Semua orang di kelas bisa mendengarnya. Ini pertama kali bagi mereka, melihat wajah  Ayano yang benar-benar menyedihkan. Ya memang benar, selama ini, Bakugo hanya bersikap acuh ketika di sekolah.

"Apa kau akan sanggup saat menjadi diriku, Momo-chan?" ujar Ayano menatap Momo yang tengah menunduk juga sambil meremas penanya.

Ayano tersenyum tulus, mata itu menutup dengan senyumannya. "Aku hanya meminta pendapatmu kok. Kau harus sangat bersyukur mendapat laki-laki seperti Shoto-kun."

"Jangan pernah sia-sia kan seseorang yang ada di sisimu, atau kau akan menyesali nya suatu saat nanti." ucap Ayano. "Ah, aku akan mengecek mereka dulu. Aneh sekali bukan dua jam bersama dan tak kembali?" lanjut Ayano dengan senyuman nya.

Uraraka terus menunduk, tak bisa menatap wajah sedih itu. Ia tak bisa. Jirou terus menatap Kaminari yang tengah menatapnya juga. Bahkan saat ini, mereka semua hanya diam tanpa mengerti apa yang telah terjadi sekarang.

"Lida-kun, aku ijin ya, ingin melihat Bakugo sebentar." pamit Ayano pada Lida yang tengah melamun.

"A-ah iya, tentu saja. Hati-hati!"

Ayano tersenyum. "Arigāto,"

Mereka semua menatap punggung Ayano yang kian menjauh dari pandangan mereka.

"Sebenarnya, apa yang dipikirkan Bakugo?" ucap Mineta. "Apa dia akan menyakiti hati Ayano terus menerus seperti ini?" lanjutnya.

Kirishima hanya butuh udara kali ini, ia juga tak mengerti kenapa Bakugo bisa seperti itu sekarang. Kenapa laki-laki itu lebih memilih bersama Setsuna?

Todoroki terus menatap Yaoyorozu yang tengah menunduk dan memegang penanya. Posisi yang sama.

Midoriya melirik Uraraka yang terus menunduk sambil meremas rok nya. Ia melihat rok itu basah karena air mata yang terus turun.

"Bakugo, apa yang sebenarnya kau pikirkan?" Batin Todoroki.

***

Ayano berjalan menyusuri koridor, tempat dimana arah UKS berada. Ia terus mengingat kejadian tadi pagi, mulainya ia ditabrak oleh Monoma hingga Bakugo yang menggendong wanita lain didepannya. Ia sangat membencinya.

Ayano membuka perlahan pintu UKS, disana ada Recovery Girl yang tengah menulis sesuatu di bukunya.

"Eh, ada apa kau kesini, Ayano-chan?" tanya Recovery Girl.

"Ah, apa tadi Bakugo kesini?" tanya Ayano.

Recovery Girl mengangguk. "Iya, tapi mereka sudah keluar daritadi kok. Apa mereka juga belum kembali?"

Badan Ayano menegang. "Terimakasih Recovery Girl, aku akan segera mencarinya!"

Ayano kemudian berlari mencari mereka di seluruh gedung sekolah. Bahkan di gudang sekalipun, rooftop pun tak ada. Dimana mereka?

"Oi, Nona Kelas A!"

Ayano mengenal suara itu, "Monoma-kun?"

Ayano tipe orang yang tak memperdulikan masalah jika itu dengan laki-laki, kecuali Bakugo sih.

"Kau ini sedang apa?" tanya Monoma.

"Aku mencari Bakugo, tapi dia belum kembali."

Wajah Monoma tampak bingung. "Aku tadi mengambil buku yang ketinggalan di asrama, Bakugo bersama Setsuna di asrama kelas B."

Lagi, hati Ayano terasa dicabik-cabik berkali-kali. Sakit. Sungguh. Ayano menunduk, "Antarkan aku kesana."

"Baiklah, ayo!"

Mereka berdua berjalan beriringan menuju asrama, Monoma hanya berusaha tak mengajak bicara Ayano karena gadis itu terus menunduk dan melamun. Ia tak bisa.

"Aku tadi melihatnya disini, mungkin mereka sudah di kamar Setsuna. Kamarnya di lantai 3, nomor 19." ujar Monoma. Ia tak melebih-lebihkan. Ia benar-benar melihat mereka di ruang tengah tadi.

"Terimakasih ya tapi bisakah kau mengantarku? Kakiku mati rasa." ujar Ayano. Monoma mengangguk lalu berjalan mendahului Ayano. Perempuan itu berjalan dibelakang Monoma pelan.

***

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Where stories live. Discover now