Chapter 8

270 43 2
                                    

MIDORIYA menemui Bakugo di meja ruang makan. Kini jam menunjukkan pukul dua pagi tapi laki-laki itu masih duduk disana sendirian. Menatap diluar jendela yang hanya ada lampu remang-remang.

"Kacchan apa yang kau lakukan disini?" tanya Midoriya.

"Bukan urusanmu, Deku sialan."

Midoriya tersenyum. "Bukankah kau seharusnya menemani Ayano-san?"

Bakugo menatapnya sinis. "Bukankah kau itu seharusnya diam tanpa ikut campur urusan orang lain?!"

"Aku tidak bermaksud begitu tapi hari ini, Ayano-chan mengkhawatirkan mu lebih dari siapapun. Temani lah dia, Yaoyorozu tadi bilang, dia harus meminum obatnya rutin." ujar Midoriya. "Aku haya ingin menyampaikan itu, Kacchan. Jagalah dia sebelum ada orang lain yang menggantikan mu."

Lalu Midoriya pergi menuju kamarnya dengan pelan. Aizawa yang mendengar hal itu memilih tidur kembali membentuk kepompong. "Biarlah itu urusan mereka."

Bakugo pergi menuju kamarnya, Ayano telah tertidur di futon bawah yang ia yakini adalah milik gadis itu sendiri. Bakugo memilih menggendongnya lalu meletakkannya di atas kasur milik Bakugo.

Gadis itu melenguh. Bakugo menghela poni tipis di wajah gadis itu lembut. "Maaf aku meninggalkanmu, aku tak bisa memberikan ekspresi apa padamu."

Bakugo memilih tidur juga di samping Ayano, memeluk gadis itu erat. "Ikanaidē, Ayano, aku menyayangimu."

***

Hari ini Bakugo terbangun lebih siang dari biasanya, melihat seorang gadis tengah mencatok rambutnya didepan kaca yang sebenarnya tidak pernah Bakugo pakai.

"Kau sudah bangun, Katsuki-kun? Ah maaf aku berat ya? Semalam kau yang memindahkanku kan?" ujar Ayano.

Bakugo masih duduk ditempat tidur, berusaha mengisi nyawanya. "Tidak. Kau tidak berat. Hari ini, kau akan ada ujian mendapatkan lisensi sementara kan?"

Ayano mengangguk. "Iya, tapi Aizawa Sensei tidak memperbolehkan ku karena kejadian tempo hari. Aku akan tetap berada disini, semua guru sudah memastikan itu. Aku akan bersama Recovery Girl, menjadi Sensei lalu mengajar disini."

Bakugo tertegun. "Kau tidak apa-apa?"

"Tentu saja. Walaupun aku tidak berada di medan pertarungan seperti kalian, aku akan berusaha dibelakang kalian. Jangan khawatir kalau kalian bertarung, aku akan selalu bersama kalian."

"Aku duluan ya, Katsuki-kun. Momo-chan sudah menungguku di bawah. Jaa, sampai bertemu di sekolah!" ujar Ayano. "Ah, ano, tadi aku membuatkanmu roti selai kacang, makanlah, tapi kalau tidak enak ya tidak usah di makan."

Lalu Ayano pergi dari pandangan Bakugo. Laki-laki itu menatap dua roti bertumpuk itu di meja nakas dekat meja belajarnya. Ia meraihnya lalu memakannya sekali telan.

"Masih satu jam lagi masuk. Aku harus bersiap."

Disisi lain, Mineta tengah frustasi di kelas. "OI OI APA KALIAN TIDAK BERPIKIR MEREKA BERDUA ITU KERJAANNYA APA DIKAMAR!?"

Midoriya menghela nafas. Lida mencoba tersenyum. "Ayane sebenarnya orang yang pasrah, apalagi jika orang itu Bakugo. Apa kau iri pada Bakugo, Mi-Ne-Ta-Kun?" Goda Mina asal-asalan.

"Yah, bayangkan saja Mineta-kun. Mereka berdua tiba-tiba BOOM lalu kau hanya bisa membayangkannya," lanjut Mina asal-asalan.

"Ah anu, apa itu tidak terlalu berlebihan, Ashido-chan?" ucap Uraraka dengan wajahnya yang lelah.

Ashido memang suka sekali mengkompori Mineta jika soal 18+. Yah karena pikiran Mineta itu hanya dada wanita, bokong dan kisah lainnya.

Tiba-tiba Bakugo sudah masuk ke kelas sambil menenteng tas miliknya. "Oi Bakugo, apa semalam yang kau lakukan bersama Ayane-chan hah?!" ujar Mineta menggebu-gebu.

"Apa dada miliknya besar? Apa pantatnya juga? Kau beruntung sekali!"

Todoroki menatap Mineta bingung. "Apa dada dan pantat Ayane sakit karena kejadian lalu?"

Seluruh kelas menatap Todoroki lelah. Laki-laki ini tampan tapi polos sekali. "Ya-yaoyorozu, uruslah kekasihmu ini..." ujar Kaminari.

"Urusai!"

Bakugo menatap Mineta tajam. "Oi, kau ingin tau hah? Iya semalam aku memeluknya erat, kau tau cebol sialan? Kulitnya bahkan lebih lembut dari rambut bola mainanmu itu."

"Ah dan kau tau? Bahkan dadanya lebih besar dari genggaman in---BAKK BUKK DAARRR DUERRR"

Seluruh kelas menatap Mineta yang tiba-tiba sudah berada di atas pintu. "Oi Mineta, kenapa kau disitu?" tanya Kaminari.

"Yah... Salah siapa memulai duluan..." batin semua orang dikelas.

"Apalagi bersama si Bakugo itu..." lanjut mereka.

Eraser Head tiba-tiba masuk. Menatap Mineta penuh luka. "Oi turunlah, atau kau akan ku lempar dari sini."

"Bantulah aku turun, Sensei..."

***

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang