Chapter 19

192 29 1
                                    

Bel istirahat berbunyi. Ayano berjalan sendirian di koridor sekolah, kali ini ia dipanggil ke ruang guru oleh Aizawa Sensei. Entahlah, ia juga tak ingin tahu apa yang akan wali kelasnya itu lakukan.

Matanya bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda. Matanya sama seperti kekasihnya, bahkan rambutnya pun sama.

"Bakugo?" gumam Ayano tanpa sadar.

Mitsuki tertawa. "Iya, aku Bakugo juga. Bakugo Mitsuki, ibunya Katsuki." ujar Mitsuki tak canggung.

Ayano terdiam. "Ah, maaf aku belum bertemu denganmu sebelumnya, Bibi. Aku Kazima Ayano, teman sekelas Bakugo." ujar Ayano memperkenalkan diri dengan membungkukkan badan.

"Ah, aku tahu. Mau ikut denganku sebentar?" tanya Mitsuki.

Ayano terkejut. "Aku dipanggil Aizawa Sen-"

"Aku yang memintanya. Kau tenang saja."

Ah begitu. Batin Ayano.

Mitsuki meraih tangan Ayano pelan, menggandengnya lembut. Ia mengikuti langkah kaki ibu berusia sekitar tiga puluh tahunan itu menuju asrama kelasnya.

Mitsuki berjalan ke meja dapur bersih itu. Mengisi segelas air putih disana. "Kau mau?" tanya Mitsuki.

Ayano menggeleng. "Tidak perlu. Aku bisa mengambilnya sendiri kok."

Bakugo terkejut melihat dua orang yang tengah bercengkrama itu. Ia memilih bersembunyi di balik lorong. Ia berniat ke sekolah tapi tiba-tiba kenapa mereka berdua bisa disini?

"Jadi, apa tujuanmu mengajakku kesini?" ujar Ayano. Mitsuki tersenyum, ternyata dia tambah menyukai perempuan didekatnya ini.

"Kenapa buru-buru?"

"Aku membenci bau ini tapi sepertinya Bakugo ada disini." ucap Ayano.

Dia, mengetahui bau badanku?. Batin Bakugo.

Mitsuki mengedikan bahunya, "Aku tak tahu. Bau yang ku ingat hanya bau selokan sih."

Bakugo terkejut dibalik persembunyiannya. "Ibu sialan!" gumamnya pelan.

Ayano hanya terdiam memandang langit siang ini. Tak ingin membalasnya.

"Aku tak meminta kau memaafkan Katsuki karena dia memang salah padamu selama ini. Tapi aku yakin dia mencintaimu, Ayano-chan." ucap Mitsuki dengan wajahnya yang serius.

Ayano hanya meliriknya sekilas. "Jika kau membahas hal yang tak penting, lebih ba-"

"Mungkin ini tak penting bagimu tapi bagiku, sebagai seorang Ibu, ini sangat penting." ujar Mitsuki sedikit menekan bicaranya.

Ayano menatapnya tak kalah serius. "Perasaan kita memang beda, Bibi. Kau mencintainya sebagai anakmu dan aku mencintainya sebagai kekasihku."

Gadis berambut hitam dengan jepit rambut di sisi kanan itu menghela napasnya, "Aku tak pernah menyayangi dan mencintai seseorang sedalam ini. Dia, orang pertama yang melihat tubuhku." lanjut Ayano. Ucapan itu membuat Mitsuki terkejut.

"Lalu tiba-tiba aku melihatnya sedang menikmati tubuh wanita lain tepat didepan mataku sendiri." ucapnya lesuh tapi wajahnya datar. Gadis itu berusaha menegarkan hatinya. Bakugo yang mendengarnya, seolah perasaannya teriris.

Ayano tersenyum miris. "Kenapa kau terkejut? Bukankah dia anakmu?"

"Ku pikir, setelah aku dan dia melakukannya, hubungan kami akan baik-baik saja. Nyatanya tidak, malahan jadi lebih parah." ucap Ayano tertawa.

Mitsuki berjalan perlahan menuju Ayano yang memandang langit tanpa gadis itu sadari. Ayano merasakan pelukan hangat ditubuhnya. Pelukan seorang Ibu.

"Apa Bakugo sesering itu menyakitimu?" tanya Mitsuki dengan mengusap kepala Ayano.

Tubuh Ayano bergetar. Mitsuki menariknya kedalam pelukannya. "Sepertinya aku sudah tahu jawabannya."

"Terkadang aku berpikir, apa ada yang kurang dariku?" gumam Ayano. Mitsuki diam, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Bakugo hanya mematung tak berdaya dibalik lorong. Laki-laki itu tak mampu menampakkan diri pada kekasihnya.

"Amajiki-senpai, Mirio-senpai, Tetsutetsu-san, Lida-kun, bahkan Sero-kun menyatakan perasaannya padaku. Tapi kenapa Bakugo, orang yang ku cintai malah menyakitiku seperti ini, Bibi?" kesah Ayano. Mitsuki mengusap pelan puncak kepala Ayano.

"Setelah ini, aku hanya ingin memutuskan hubunganku dengannya. Aku tak ingin, mengenal cinta lagi, Bibi. Cinta itu rumit." ucap Ayano final. Mitsuki tersentak mendengar jawaban itu. Bakugo hanya terdiam, lagi dan lagi.

"Apa maksudmu!?" kesal Bakugo dibalik persembunyiannya.

Ayano tersenyum miring. Akhirnya, pancingannya di makan. Suara itu membuat Mitsuki melepaskan pelukannya.

"Itu maksudku." ketus Ayano.

Mata Bakugo tampak marah. "Aku tak akan membiarkanmu seperti itu!"

"Kau berhak apa?"

Bakugo mendecih. "Aku kekasihmu, dasar bodoh! Apa kau lup-"

"Kalau begitu, kita putus sekarang." ucap Ayano dingin lalu melangkahkan kakinya keluar.

Bakugo menarik tangan itu cepat. "Aku tak ingin!"

Ayano melepaskan tautan tangan itu pelan. "Kalau begitu, kenapa kau menyakitiku?"

Bakugo terdiam. Ayano memandangnya muak. "Kau itu pengecut Bakugo. Aku kesal padamu, lakukanlah hal sesukamu kali ini. Aku tak peduli lagi siapa yang akan kau tiduri selanjutnya."

"Ayano, aku-"

"Cukup. Aku tak butuh penjelasanmu. Apa kau tau kenapa aku tiba-tiba memukul Setsuna?" tanya Ayano. "Karena dia dengan jelas menatap dirimu dengan matanya seolah kau adalah keinginan terbesarnya." lanjutnya.

"Kendo pasti melihat kejadian tadi kan?" gumam Ayano.

Bakugo mengangguk. "Iya, dia melihatnya ketika aku dipukul oleh Monoma."

"Mungkin setelah ini Kendo akan bertengkar dengan Setsuna. Kau tau? Aku tak ingin bersaing dengan seseorang yang jelas-jelas di bawahku. Tapi jika kau yang  menginginkan mereka, aku tak bisa berbuat apa-apa."

Mitsuki memilih diam dan tak ingin ikut campur. "Bibi, terima kasih sudah mengajakku kesini. Lain kali, ajak aku belanja dan minum teh ya?" ucap Ayano sambil tersenyum. Mitsuki terkejut melihat senyum itu, senyum yang tulus.

"Ah, tentu saja." balas Mitsuki.

Bakugo mendecih. "Aku akan membuktikan kalau aku mencintaimu! Kau lihat saja!" ucap Bakugo.

Ayano meliriknya. "Baiklah, ku tunggu."

***

(END) In Another Life || BNHA • BAKUGO KATSUKI Where stories live. Discover now