12. Suddenly

116 92 116
                                    

Di malam yang sunyi, semilir angin melambungkan tirai jendela kamar Rara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di malam yang sunyi, semilir angin melambungkan tirai jendela kamar Rara.

"Anak indigo mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) semacam gangguan perkembangan dan keseimbangan aktivitas motorik anak sehingga aktivitasnya tidak lazim dan cenderung berlebihan" kata Rara membaca kata demi kata dalam buku.

"Seseorang yang memiliki bakat indigo mempunyai kelebihan dibanding manusia pada umumnya. Mereka bisa melihat masa depan, masa lalu, melakukan telepati dan dapat berkomunikasi dengan makhluk astral.." dia terhenti dan berpikir kalau itu masih tidak masuk akal.

"Indigo dapat diperoleh dari faktor keturunan, bawaan lahir, gangguan dari mereka yang tak terlihat... ah gue pusing" keluhnya sambil terbaring dengan buku menutupi wajahnya.

Tapi dia tidak pantang menyerah ia pun segera mengambil laptopnya dan mengetik beberapa kata di mesin pencarian. Rara terus menggulir halaman demi halaman untuk mengenyangkan rasa ingin tahunya.

Namun lagi-lagi hal yang dia temukan tidak bisa memuaskan rasa penasaranya. Kemudian, sampailah ia di sebuah situs paranormal dan membaca sedikit kisah mereka.

"Orang bilang bisa melihat yang tak kasat mata itu adalah anugerah, tapi saya merasa itu seperti kutukan. Awal bisa melihat mereka ketika saya berusia 6 tahun saat itu bibi saya meninggal dunia, saya yang masih kecil melihat keluarga saya menangis tersedu-sedu.

Saya pun menarik lengan saudara sepupu saya dan bertanya kenapa semua orang menangis, dia lalu menjawab bahwa mereka semua sedih karena kehilangan ibunya.

Saya melarangnya menangis dan mengatakan bahwa ibunya sedang duduk di sebelahnya. Bukannya berhenti, tangisnya justru semakin kencang. Dia pergi meninggalkan saya sendirian di teras rumah yang masih kebingungan.

Saya menatap bibi yang ada di hadapan saya, bibi tampak pucat pasi tampak kekhawatiran di wajahnya itu. Akhirnya saya berlari ke dalam dan terkejut melihat bibi saya juga ada disana, ia terbujur kaku ditengah orang-orang.

Saya terus saja memperhatikan keduanya, Ya mereka berdua adalah bibi saya namun yang mana yang asli? Semenjak kejadian itu, saya bisa mendengar, merasakan, melihat bahkan dirasuki oleh mereka.

Teman-teman saya menganggap saya aneh karena berbicara ngawur dan kerap kali berbicara sendiri. Saya tidak punya seorang teman pun, bahkan saat orang itu hendak berteman namun orang tua mereka justru melarangnya.

Saya hidup kesepian, selain keluarga tidak ada yang mau bermain apalagi bergaul dengan saya. Saya sudah mencoba berbagai macam cara termasuk ruqyah untuk menghilangkannya, namun tetap saja hingga saya berusia delapan belas tahun saya masih bisa melihat mereka dengan jelas.

Saya berusaha mengabaikan mereka semua, berpura-berpura tak melihat. Namun karena kami memiliki aura nila, mereka tetap saja menempel."

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now