18. Who?

97 65 62
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Rara terkejut mendengar Irfan menyebut nama mamahnya. Kakinya tak mampu menopang berat badan Rara. Dia pun terduduk lemas di lantai kelasnya.

"Kenapa.. nama mamah ada disana, Fan?" Irfan menatap iba pada Rara, meskipun ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi tapi ia berusaha memahami situasi. Ia tampak membuka jaketnya dan menutupi kepala Rara dengan itu.

"Sekarang gak akan ada yang liat lo nangis" mendengar perkataan Irfan membuat air mata Rara mengalir dengan deras. Dia tidak malu menangis di depan Irfan.

"Siapa tuh, Fan?" Delvin yang baru datang bertanya padanya. Tapi Irfan tak menjawab pikirannya hanya tertuju pada Rara.

"Fan, gue pinjem jaket lo bentar" Rara bergegas keluar kelas. Namun tidak sengaja ia menabrak seseorang. Orang itu masih berdiri menghalangi jalannya.

"Misi" ucap Rara lirih, Bahy pun mengalah meskipun tahu itu adalah Rara.

"Kamu kenapa?" Tanya Bahy dalam hati.

Rara pergi ke toilet tergesa-gesa, ia tidak peduli lagi jika orang menganggapnya aneh tujuannya hanya satu cepat sampai di toilet dan melepas semua sedihnya. Lagi-lagi para siswi yang ada di sana kaget dengan kedatangan Rara.

"Siapa sih? Rusuh banget" ucap siswi yang sedang berdandan ria.

"Mel, liptint lo!"

"Aisss, berantakan deh jadinya" gerutunya saat melihat cairan merah itu mengenai dagunya.

"Lo tau gak, katanya ada yang mildul."

"Serius?"

"Oh.. iyah gue juga denger, katanya kelas 11 yah?"

"Jurusan apa?"

"Gak tau, tapi yang paling hot tuh kabarnya dia ngelakuinnya di sekolah."

"Omaiigat!!"

"Gitu deh kalo cewek sok suci, gue jamin dia pendiem. Eh ketebelan gak sih?"

"Gak, yu ah cabut!" Mereka semua pergi meninggalkan Rara yang sedang berada di bilik toilet. Seperti biasa, tangisnya sudah berhenti dari tadi. Namun, ia sibuk menguping pembicaraan mereka.

"Apa cewek itu Bella? Udah Ra itu bukan urusan lo" Gumamnya. Bukankah cerita hidup orang lain lebih menarik daripada hidup kita sendiri?

Irfan rupanya menunggu di depan toilet, berbagai orang-orang yang melewatinya menatap dengan tatapan serupa. Ya, mereka mungkin berpikir Irfan adalah orang cabul yang akan mengintip ke toilet wanita. Apalagi saat ini dia terus saja tersenyum menampakkan lesung pipi manisnya.

Perempuan yang ditunggunya akhirnya keluar, berbeda dengan tadi kini Rara tampak lebih baik. Walaupun kantung matanya tampak sedikit bengkak tapi itu masih terlihat normal.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now