33. Trust issue

63 44 72
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas, para pelajar bersiap memasuki gerbang Binaka. Walaupun banyak pemberitaan miring mengenai sekolah ini, namun kenyataannya SMA Binaka masih menjadi Sekolah favorit di sana.

Sekolah yang selalu berhasil mencetak pemuda pemudi kebanggaan negeri, sebagian besar alumni sekolah ini adalah orang-orang hebat dan sukses.

Mereka menjadi contoh bagi generasi Binaka di masa sekarang, bisa dilihat semua siswa dan siswi tampak antusias untuk mengikuti seleksi.

Siapapun akan terobsesi jika menyangkut harga diri, sistem kasta di sekolah ini ternyata cukup manjur. Namun, hal itu pada dasarnya merenggut hak siswa.

Pelajar yang tidak kompeten tentunya akan minder dan merasa dirinya tak berguna. Beberapa kasus bunuh diri tercatat dari kalangan peringkat bawah, namun satu kasus yang baru-baru ini terjadi muncul dari peringkat atas.

Apakah mereka yang terlahir pintar dan kaya juga merasakan tekanan? Apakah peringkat atas justru sangat mengerikan?

Rara berjalan menyusuri koridor dengan percaya diri karena hari ini adalah hari seleksi festival lomba seni siswa nasional.

Ya, tidak mungkin ia pesimis karena kenyataannya dirinyalah yang telah ditunjuk guru pembimbing untuk cabang seni lukis.

Senyumannya laksana mentari pagi yang hangat menyambut para peserta yang ikut mendaftar. Netranya menangkap lelaki mata sendu yang sudah siap dengan peralatan tempurnya.

Sebuah kursi dengan kanvas dan seperangkat alat lukis sudah menunggunya. Ia lantas duduk manis disana, senyuman tak lepas dari wajahnya.

"Selamat pagi anak-anak ku yang ibu cintai dan ibu banggakan. Seperti yang sudah kalian ketahui bahwasanya hari ini di tempat ini selama dua jam ke depan akan diadakan seleksi untuk wakil Binaka dalam cabang seni lukis. Apakah kalian sudah berlatih?"

"Ya," jawab semua peserta serempak.

"Baiklah langsung saja, seleksinya ibu buka mari berdo'a terlebih dahulu sesuai kepercayaan masing-masing, berdo'a mulai.." tutur Bu Leni selaku guru pembimbing.

Tampaknya terdapat keberagaman agama di SMA swasta ini, semuanya pun memulai pertarungan ini. Siswa siswi dari berbagai kelas dan jurusan ikut mengadu nasib di tempat ini.

Mereka tampak serius merealisasikan perasaan mereka pada bidang datar itu. Beberapa ada yang menggambar sketsa ada pula yang langsung memakai cat saja.

Teman sekelas Rara yaitu Friska ada disana juga, ia tampak serius menggambar garis demi garis. Begitu pula dengan Bahy, kecepatannya dalam melukis tiada tandingannya, baru saja beberapa menit berlalu kita bisa melihat gambaran kasarnya.

Namun, apa yang terjadi dengan Rara? Gadis itu masih berdiam diri dengan kanvas putih yang nyaris tak tersentuh. Apakah inspirasi tak mendatanginya? Atau ia enggan melukis kali ini?

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now