9. ChocoBox

184 136 231
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Selamat tinggal akhir pekan, kata itu cocok dengan situasi saat ini. Liburan singkat penuh makna harus kita relakan. Kembali menyambut rutinitas padat hari kerja adalah yang paling berat. Ketika sang malas datang membisikkan mantra jahatnya, ketika itu pula kita tersihir untuk tidur lebih lama.

"sepuluh menit lagi? Astaga Rahila.." Saat ini dia masih berlari menapaki jalanan penuh bunga itu. Bahkan sang bunga aspal tampak lemas karna tak disapa Rara.

Tangannya melambai menghentikan laju angkot langganannya. Namun, kenyataan pahit kembali datang.

"Mang ga jadi, penuh.."

"Ayo masuk aja, Neng! Badannya kecil ini."

"Eh si amang udah merapat gini, mo ditambah lagi" seru salah seorang penumpang.

Namun, hierarki kembali membentur kepalanya. Di angkot sempit ini tak ada celah untuk bergerak, rasa sesak bercampur bau keringat menyatu menjadi satu rasa yang tak nikmat.

Rara masih sibuk melihat angka romawi di tangannya, tiba-tiba perutnya berbunyi bak alarm ambulans. Sekali lagi orang-orang melirik sinis padanya. Namun, Rara hanya bisa tersenyum malu.

"Kayaknya sandwich melambai tadi, kenapa gue bisa lupa yah? Awas sampe kucing yang makan, gue bunuh lo!" Katanya teringat sarapan yang dibuat ibunya. Padahal selama ini Rara tidak pernah sarapan, ia selalu menunggu makanan gratis dari sang pemuja.

"Kiri!" Ucapnya saat sang gedung Binaka tampak dari depan. Namun sang angkutan kota tak kunjung berhenti.

"MANG! KIRI!" Teriak Rara, bukan karna sang pengemudi bolot, namun ia memutar musik yang bisa memecah gendang telinga.

"Kiriiiiiii!!!" Teriak seluruh penghuni angkot. Rara pun keluar dengan susah payah, semua yang ada didalam sedikit sumringah.

Sang ratu lebah pun berjalan mengendap-endap menuju gerbang tinggi itu. Naasnya, ternyata sang pagar besi sudah terkunci.

"Gimana dong? Gue ga bisa manjat lagi, kalo di film-film anak nakal pasti panjat gerbang kan? Gue kan anak baik masa harus kek gitu juga?"

Walaupun pikirannya tak ingin menaiki gerbang itu, namun kakinya tetap saja mencoba menapaki benda logam itu.

"Ah! Ga bisa gue, apa lewat pinggir aja?" Rara pun berjalan ke pinggir, panggar tembok menjulang tinggi-tak ada pijakan sedikit pun.

"Anak cowok gimana sih kalo manjat? Keknya gampang banget, ternyata jadi anak nakal gak semudah yang gue kira.. so proud of you guys!."

Kembali ke titik awal kedatangannya, tak bisa terus berdiri disini tanpa melakukan apapun. Rara pun segera berteriak minta pertolongan sang penyelamat. Ya, siapa lagi kalau bukan pak satpam.

"Hey!! Siapa itu?" Terdengar suara laki-laki dari dalam sana menegurnya. Rara hanya bisa tertunduk sambil menelan ludahnya. Laki-laki itu mendekat, semakin dekat hingga mereka berdiri hanya dibatasi pagar besi itu.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now