64. Hi Rarala

54 27 38
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Butiran pil putih di dalam botol kaca terus memenuhi pikiran Rara.

'Minum obatnya!'

'jangan!'

'pecahkan saja!'

Suara-suara aneh mulai muncul, Rara hendak menutup telinganya namun ia urungkan niatnya.

'Ayo! Pecahkan lalu ambil pecahannya!

'goreskan pada lenganmu!"

Suara itu semakin terdengar jelas-semakin nyata. Tangannya bergerak meraih benda tersebut.

"Rara lo kenapa sih? Huh!" Ia mulai kembali pada kenyataan. Namun suara itu kembali menghantui.

'Kamu takut mati?'

Rara tertegun mendengarnya, ia melihat sekelilingnya. Tidak ada siapapun disana, ia memeriksa telinganya namun tak ada earphone maupun pengeras suara lainnya.

Dia melihat cermin didepan dan menatap pantulan dirinya.

"Mau lo apa?"

'MATI!!!!!'

Setelah mendengar teriakan itu telinganya pun berdengung. Rasa sakitnya tak tertahankan.

Beberapa menit berlalu, telinga Rara akhirnya kembali normal. Namun ia terkejut dengan apa yang sedang ia lakukan.

Botol obat itu pecah berserakan di lantai, sementara tangan Rara memegang pecahannya. Ia langsung membuangnya, Rara yang panik segera pergi meninggalkan kamarnya.

Setelah kembali pecahan itu masih ada disana, tentu itu bukanlah khayalannya. Ia benar-benar memecahkan botol itu. Namun, mengapa ia sama sekali tak mengingatnya?

"Hentikan!"

"Pergi!"

Ucap Rara lirih, entah ia bicara pada siapa karena saat ini di rumah tersebut hanya ada dirinya seorang.

Ia berusaha menyangkal apa yang baru saja terjadi dengan pergi dari sana. Kakinya terus melangkah menapaki jalanan yang dipenuhi bebatuan kerikil.

Air matanya menetes, ia berusaha menahan tangisnya namun semuanya sudah tumpah sebelum ia tiba di bungker.

"Gue kenapa? Apa gue gila? Hiks hiks hiks" Isaknya.

🐝🐝🐝

"Apa yang terjadi pada saya, Dok?"

Bu dokter yang sedang berbincang dengan seseorang terkejut melihat Rara membuka pintu tiba-tiba.

"Maaf, Dok! Nona ini memaksa masuk padahal sudah diperingatkan," jelas perawat.

"Tidak apa-apa, sesi kami sudah selesai."

"Terima kasih, Dok! Saya permisi!"

Setelah wanita itu pergi bu dokter mempersilahkan Rara masuk. Padahal hal ini tentu salah, ia tidak seperti biasanya.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now