3. Ordinary

243 160 289
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Irfan masih memikirkan kejadian di sekolah. Ia sangat terkejut karena sahabatnya ternyata masih menyukai Rara.

"Harusnya gue seneng, Bahy masih pertahanin cintanya. Gak kayak gue plinplan mulu. Gue akui lo emang setia banget, tapi apa lo selalu keren kek gini? Gue emang ga salah nyari temen," batin Irfan.

"Fan, kentangnya udah selesai dikupas?" Tanya wanita berjilbab yang sedang sibuk berjihad melawan panasnya penggorengan.

Sepotong pisang berselimut adonan terigu pun harus menerima nasib tragisnya masuk kedalam minyak panas. Tak butuh waktu lama untuk membuat kulitnya berubah kecoklatan. Hingga akhirnya datanglah regu penyelamat mengangkut mereka semua dari sana.

Tak kunjung mendapat jawaban dari lelaki gondrong itu, ia lantas menoleh dan mendapati Irfan sedang beroperasi—membuka sedikit demi sedikit baju kentang yang kotor.

Tak lupa kentang yang sudah tanpa busana pun segera meluncur kedalam baskom berisi air (selamat berendam kentang🙃).

"Ko bengong sih, Fan?"

"Hah?" Lamunan bujang itu buyar tatkala si rumah siput menerima getaran.

"Apa, Bu?"

"Gak jadi!" melihat raut muka sang ibu tercinta mendadak kusut, Irfan pun segera menghampirinya.

"Maaf ibu cantik, Irfan gak denger soalnya lagi mikirin gimana caranya dapet calon makmum yang kayak ibu."

"Emang di kelas kamu gak ada?"

"Hehe, gak ada lah yang kayak ibu, kan ibu limitid edison."

"Kalo memang sudah ada pacar, bawa aja kemari. Jangan sampe ngumpet-ngumpet terus jadi tragedi."

"Tenang aja, Irfan kan putra ibu yang tampan dan suka maen bola di waktu mengaji," ucapnya sombong hingga tanpa sadar membuka kartunya.

"Tuh kan, jadi selama ini maen bola gitu bukannya ngaji?"

"Hehe, yang penting kan Irfan jujur," ujarnya mengeles.

"Tapi percuma gak amanah."

"Ga papa yang penting kan berbakti," ia tak berhenti membalas ucapan ibunya.

"Tapi gak mau dinasehati."

"Eeuu.. yang penting kan.." otak Irfan tak mampu merangkai kata-kata untuk mengunggulkan dirinya.

"Yang penting kan ganteng!"

Keduanya mencari sumber suara, hingga keempat manik itu menangkap anak laki-laki dengan celana merah di ambang pintu. ia lantas berpose memamerkan rambut barunya. Tampak gunung setinggi dua inci bertengger disana.

"Nyaut aja, assalamualaikum dulu kalo mas.."

Tuk-tuk

"Assalamualaikum.."

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now