17. Mirror

85 72 88
                                    

🐝🐝🐝

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

🐝🐝🐝

"Makasih yah, Fan" ucap Rara tatkala turun dari tubuh Jonny. Setelah memastikan laki-laki itu pergi ia lantas menaiki anak tangga.

Derap langkahnya terdengar tak bersemangat, ia pun ambruk di bangku putih yang kini mulus tanpa karat menempel. Rara terbaring menatap langit senja, pikirannya melayang bersama angin yang terus berembus.

"Kalau gue nerima mereka, apa kita bisa hidup bahagia? Bukankah itu gak adil buat mamah? Mah, Rara mesti gimana?" Gumam nya, air mata mengalir indah di wajahnya.

Kali ini Rara membiarkannya mengalir begitu saja, ia tak menahan laju berlian bening itu. Si jingga perlahan pergi, seiring dengan surutnya air mata.

Netranya menemukan keganjilan, ada sesuatu yang hilang di pagar. Ya, tanaman kering yang telah lama tinggal disana lenyap, kini tanaman baru yang segar dan cantik menggantikan tempatnya.

Ia juga menyadari bangku yang sedari tadi ia tiduri berubah. Kemana perginya tembok usang penuh lumut? Kini semuanya tampak seperti dulu. Ya, seperti saat ibunya masih hidup.

Ia beranjak dan memasuki rumahnya yang gelap gulita. Lalu mencari tombol lampu, ternyata tak ada yang berbeda di dalam karena memang tak ada apapun di ruang tamu. Rara bergegas memasuki kamarnya yang tak kalah gelap.

firasatnya benar, kembali ada yang hilang. Barang yang susah payah ia bawa dari bawah sana raib dalam sekejap.

"Kemana koper gue?" Tanyanya dan segera mencari ke ruangan lain. Namun nihil, dia tak menemukannya di mana pun.

Tak ada pilihan lain, Rara turun ke bawah untuk mencarinya. Dia tergesa-gesa dan memasuki rumah tanpa salam. Mereka yang di dalam hanya bisa menatapnya. Rara menghampiri papahnya yang sedang duduk dan sibuk dengan benda pipihnya.

"Pah, barang-barang Rara mana?"

"Di kamar kamu, mulai sekarang tidur disini. Suka atau tidak, jangan membantah" ucapnya dan berlalu. Tak ada kata sanggahan keluar dari bibir Rara, ia terus tertunduk menuruti perkataannya.

"Ya, ini papah yang dulu. Papah yang tegas dan keras kepala. Ya Rabb apa ini jawaban atas doa-doa Rara?" Batinnya.

Tidak banyak perubahan disini, tampaknya papah Rara tak suka perubahan yang terlalu mencolok. Atau mungkin ibunya tak ada waktu untuk mengganti barang-barang lama ini.

Kamarnya pun masih sama, barang-barang Rara masih pada posisi semula. Ia tersenyum saat melihat meja belajarnya tertata sempurna.

"Bagaimana papah tau persis letak semuanya?"

Namun air mukanya berubah saat melihat barang asing, sebenarnya tak apa tapi dari tatapannya sepertinya itu cukup mengganggu.

Rara pun berbaring di ranjangnya yang empuk, kenyamanan bisa dirasakan oleh tubuhnya.

Hi Rarala [✓]Место, где живут истории. Откройте их для себя