37. Share with me

49 37 20
                                    

🐝🐝🐝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐝🐝🐝

Kantin yang tadinya kosong kini semakin padat oleh orang-orang, beberapa orang tampak mengantri untuk jatah mengambil makan siang.

Begitu pula dengan Irfan dan Rayi keduanya tampak berada diantara barisan panjang itu. Saat Rayi membawa dua kotak bekal dengan dua gelas minuman diatasnya, lain halnya dengan Irfan.

Ia justru kerepotan membawa tiga kotak bekal ditangan kirinya, sementara si kanan menyangga nampan berisi air es entah rasa apa.

"Ray Ray bentar tungguin njing!" Ucap Irfan dengan bahasa binatang yang tak terkontrol. Maklum dia sangat kerepotan, bayangkan jika ada yang menyenggolnya. Lantai pasti akan penuh dengan tumpahan makanan dan minuman bawaannya.

Untung saja siswa-siswi disini tertib sehingga tidak ada istilah saling dorong mendorong. Ya, peringkat abc memanglah berbeda.

Akhirnya perjalanan yang panjang nan melelahkan berhasil mereka lalui, keduanya pun duduk kembali di sofa ujung yang saat ini hanya menyisakan Raina seorang.

"Rara sama Bahy kemana sih gue udah capek-capek," Irfan tak berhenti mengoceh pasalnya kedua orang itu tak menghargai jerih payahnya.

"Ikhlas dong biar berkah," kata Rayi bijak namun Irfan lanjut mengoceh dalam hati.

"Yang, aku tiba-tiba kepikiran sama siswi yang bunuh dir.."

"Jangan ngomongin orang yang udah gak ada," ucap Rayi memotong perkataan Raina.

"Tapi.."

"Gak baik ngomongin orang yang udah meninggal, buruan makan nanti kalau telat perut kamu sakit lagi," ucap Rayi perhatian pada pacarnya itu.

Raina pun menuruti perintah Rayi, ia membuka kotak pesanannya. Tampak makanan sehat disana yang tentunya tak sedap dimakan. Ya, itu adalah salad tampaknya Raina sedang melakukan diet.

"Apa lo liatin gue kek gitu? Mau ngatain makan kambing?", Ucap Raina pada Irfan yang terus menatapnya dengan serius.

"Maksud lo Caca?"

Pertanyaan Irfan sontak membuat alis Raina berkerut. Apakah Irfan belum berganti topik? Rupanya ia masih ingin melanjutkan cerita siswi yang bunuh diri itu.

"Caca? Siapa Caca?"

Raina tak mengenali nama itu, ya memang itu panggilan Caca sewaktu kecil. Saat di sekolah ia dikenal sebagai Nadira.

Sementara, Rayi masih tenang walaupun ia tampak tidak nyaman. Tidak seperti tadi ia justru membiarkan pacarnya membicarakan orang itu.

"Nih yah yang gue maksud itu namanya Nadira anak bahasa, waktu itu kita masih kelas sepuluh kan, Yang?.." tanya Raina memastikan sementara Rayi hanya mengangguk.

"..Dia pinter, kalau gak salah dia A+, tapi saat taun baru tiba-tiba bunuh diri. Anehnya, sampai sekarang penyebab bunuh diri dia masih jadi misteri. Coba lo bayangin! She has everything, pretty, smart and rich. Tapi kenapa dia harus bunuh diri? Bukannya gak masuk akal? Menurut lo apa dia beneran bunuh diri?.." Cerita Raina diakhiri dengan tanda tanya besar.

Hi Rarala [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang