Bagaimana sekolah kalian? Apakah menyenangkan atau justru menakutkan?
Bagaimana jadinya jika sekolah kita memiliki sistem kasta untuk mengklarifikasi murid?
SMA Bina Karya adalah Sekolah swasta di tengah kota kecil. Meskipun demikian sekolah ini sud...
"Itu! Lo bawa jaket kuya! Pake jadiin sabuk! Lagian lo ngakunya siswi teladan, tapi sabuk aja kagak punya."
"Put.." mata Rara menatap sinis, firasat Puput mulai tak enak. Apakah sang siput akan terkena sengatannya.
"Yang rusakin sabuk gue siapa?"
"Gue! Maaf dong Ra, waktu itu emosi banget. Berhubung sabuk lo cocok buat nyambuk si Naufal, so gue korbanin deh. Gue janji deh ahir bulan diganti."
"Awas lo kalo kagak."
"Iyah iyah.. itungan banget sih! Eh bentar jaket sapa ini Ra?"
"Irfan! Kenapa emang?"
"Ko nama punggungnya.. Bahy?"
"Hah? Masa sih?" Ratu lebah berusaha melihat ekornya. Ya, sekali lagi Rara dibuat kecewa oleh Irfan.
"Irfan kan belum resmi gabung tim futsal Ra, jadi belum punya jaket" kata Puput sambil tertawa.
"Liat Sha! ada yang bete! Bete.. bete.. kuya bete!" ejek puput kembali.
"Udah Put! Sha lo bawa jaket gak?" Pertanyaan Rara hanya dijawab gelengan kepala gadis mungil itu.
"Udah ayok!"
"Malu.. nama Bahynya gede banget" kata Rara sambil merengek.
"Trus kalo nama Irfan lo ga malu gitu?"
"Ya kagak begitu maksudnya puput markuput tak kuput kuput!"
Benar saja sepanjang jalan Shiratal mustaqiim, semua mata tertuju padanya, dari mulai kakak kelas sampai adik kelas kini memperhatiksn setiap inci penampilannya.