14. Fighter

77 70 64
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Terik matahari yang membakar kulit bukanlah halangan untuk melakukan hobi. Beberapa siswa tampak bermain sepak bola di atas lapangan hijau tanpa rumput.

Tidak seperti biasanya, Bahy yang selalu semangat bermain bersama teman-temannya kini hanya duduk diam di bangku taman.

Tidak seorang diri, perempuan yang dikaguminya kini duduk di sampingnya. Jarak bukanlah masalah, namun Bahy memerlukan ide obrolan untuk mengusir kecanggungan.

"Ayo, makan dong!," ajak Rara.

"Aku gak laper."

Ya, bukankah melihat Rara makan seperti ini saja sudah membuat dia kenyang?

"Aku belum pernah liat kamu makan."

"Masa?"

"Emm kek vampir tau" ucap Rara bercanda sebelum melahap makanan berkarbohidrat itu, selai menempel di sudut bibirnya yang indah. Ada keinginan untuk mengusapnya, kelopak merah jambu itu tampak lembut.

Bahy menelan ludah dengan susah payah. Ia pun mengalihkan pandangannya pada sekumpulan siswa yang sedang berjuang di lapangan.

Akan tetapi, otaknya kembali menuntun sang netra untuk melihat sang pujaan hati. Selai yang sangat mengganggu itu masih saja menempel di sana, tangan Bahy refleks bergerak namun terpaksa terhenti saat melihat lidah Rara mendahuluinya.

Ya, lidah itu tak kalah indah. Organ lunak itu menjulur mengelap seluruh permukaan bibir Rara. Tidak! itu bahkan terlihat sangat lembab. Bahy segera menepuk pipinya untuk mengembalikan sang akal sehat.

"Kenapa Hy?"

"Hah? anu.. ada lalat."

"Oh, kamu serius gak mau makan? sebenernya, aku gak suka makan sendirian," ucap Rara yang tiba-tiba menceritakan dirinya. Ya, inilah yang Bahy inginkan selama ini.

Bahy pun menatap makanan itu, namun tidak ada yang disukainya karena dia membeli semua makanan kesukaan Rara.

"Kamu mau makan ini?" Kata Rara menyodorkan roti dengan selai coklat di dalamnya.

"Sepotong aja" kata Bahy menawar, Rara tersenyum dan membagi dua roti itu. Dari warnanya saja sudah bisa ditebak rasanya pasti manis sekali. Walaupun Bahy tidak suka makanan yang terlalu manis, ia tetap saja memakannya.

"Ahy!! Ayo makan, roti ini gak lebih manis dari Rara kok" batinnya.

Orang benar, kita bisa melakukan apapun untuk orang yang kita sayangi. Hal serupa pun terjadi pada Bahy Rafardhan, namun baru beberapa gigitan saja ia sudah tidak sanggup.

Dia pun mencari air, namun netranya hanya menemukan susu coklat yang sudah terbuka di dekatnya. Tanpa bertanya ia langsung menyedot habis isinya. Begitu sadar ia pun melihat Rara yang sedang menatapnya dengan botol air mineral di tangannya.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now