63. Why u come again?

45 21 29
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

"Gud morning!

Sapaan hangat dari Irfan membuat seluruh penghuni sebelas Mipa melirik kearahnya.

Mengetahui dirinya berhasil menjadi sorotan, ia mulai berlagak keren di depan sana.

"Dia ngapain sih?" Ucap Puput risih.

"Biarin aja dia!" Saran Delvin.

"Bener! Jangan diperhatiin haha" Naufal setuju.

Namun kata menyerah hanya berlaku untuk orang lemah, kodok kuat seperti Irfan tentu tak akan mundur.

Ia memasang kuda-kuda, tangannya mengusap perlahan pucuk kepalanya. Meskipun semuanya bersikeras tak ingin memperdulikan dia namun nyatanya mata mereka terus terpaku padanya.

Manik mereka menelusuri setiap jengkal tubuh Irfan. Puput bahkan mengulanginya dari awal takut kehilangan petunjuk.

"Kalian gak nyadar?"

Pertanyaan Irfan membuat kening penghuni koloni berkerut.

"Serius gak ada yang ngeuh nih? Ayo tebak apa yang beda dari gue?"

Haura sang mantan mengamatinya dengan seksama namun tak menemukan kejanggalan juga.

"Wah! Gue gak percaya punya temen kayak kalian pada. Gue baru potong rambut, keren gak?"

"Oohhh.. rambut!" Seru Liam mewakili seluruh penghuni kelas.

"Ekhem! Assalamualaikum!"

Ucapan salam dari orang di ambang pintu membuat Irfan segera memasang muka vitaminnya.

"Waalaikumsalam Pak!"

Tak lupa ia mencium punggung tangan guru tampan itu. Tak ingin ternodai oleh si kodok Pak Yusuf refleks mengelapkan pada celananya.

"Bapak telat yah? Saya udah nungguin dari tadi!"

Pak Yusuf melihat tas Irfan yang masih setia berada di punggungnya.

"Saya atau kamu yang terlambat?"

"Saya gak pernah telat pak, bangun aja jam 3 subuh. Bantu ibu bikin kue terus bersih-bersih baru solat subuh."

"Bagus sekali!"

Irfan membusungkan dadanya bangga mendengar pujian dari guru biologi itu.

"Tapi lebih lebih bagus lagi kalau kamu duduk!"

Sontak semua orang tertawa mendengar hal tersebut.

"Siyap Siiir!" Hormatnya bak tentara sejati. Ia pun kembali ke tempat asalnya dengan heboh.

Setelah memastikan Irfan tenang, Pak Yusuf menghentikan gelengan kepalanya. Ia menyimpan sebuah berkas di atas mejanya dan kembali berdiri di hadapan mereka.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now