22. Past Stories

75 70 108
                                    

🐝🐝🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Bola berserakan di seluruh penjuru ruangan, Rara dan Irfan masih terduduk dan melayang dengan fantasinya masing-masing.

"Ingatan masa kecil lo? Sebenernya apa maksud lo, Ra?" Tanya Irfan dalam hati. Ia tampak penasaran namun tak bertanya lebih dalam. Kondisi Rara sekarang juga tidak bisa ditebak, jika ia mengungkitnya pasti akan memperburuk segalanya.

"Gimana kalo beres-beres dulu?" ajak Irfan, inilah satu-satunya cara untuk mengusir kecanggungan yang melanda. Keduanya tampak serius membereskan semua bola.

"Gimana yah bilangnya?" Monolog Irfan.

"Kamu udah siap?" Ucapan Irfan kembali membuat oksigen di paru-paru Rara menipis. Meskipun ia tahu keadaan berikutnya akan sangat menyakitkan, tapi ia ingin bisa berdamai dengan masa lalunya.

Rara pun mengangguk singkat, mereka mempercepat aktivitasnya. Irfan melihat Rara tampak sedang berpikir keras, mungkin perempuan itu sangat takut saat ini.

"Apa keputusan gue salah? Apa gue terlalu memaksanya? Gue takut dia bakal makin terluka" monolog Irfan.

"Ra, kalo lo gak siap.. kita lanjut nanti aja" katanya berusaha pengertian. Namun, Rara menolak dengan tegas. Akhirnya mereka pun duduk kembali, Rara menggenggam erat flashdisk itu. Tapi saat Irfan meminta ia pun menyerahkannya.

Kini Irfan sudah siap dengan kabel otg, ia lantas menghubungkan keduanya pada benda pipih di tangannya.

"Yakin udah siap?"

"Em" Rara masih menggertakan kukunya, dibanding takut akan kebenarannya ia lebih takut memperlihatkan sisi lemahnya lagi. Ia takut pertahanannya kembali runtuh, ia takut Irfan melihatnya menangis untuk kesekian kalinya. Walaupun sudah membuat janji bukankah itu tidak baik untuk imejnya.

"Aku baca yah? Beneran aku mulai" Irfan menelan ludahnya sebelum beranjak membaca setiap kata yang tertulis disana.

Irfan melihat Rara menutup matanya saat ini bahkan tangannya bergetar. Saat Rara hendak menggigit kuku jarinya, tangan Irfan datang mencegahnya. Tanpa mengatakan apapun ia memegang erat tangan mungil Rara.

Rara yang terkejut lantas membuka matanya dan merasakan kehangatan dari punggung tangan laki-laki rambut gondrong ini.

Dia menoleh dan mendapati Irfan yang kini menatapnya. Bukan tatapan simpati seperti orang-orang kebanyakan, justru tatapannya terasa sangat hangat. Segurat senyum tersirat di wajahnya, perlahan kegelisahan sirna dari pikiran Rara.

"Jangan khawatir, gue disini.. disamping lo" perkataan Irfan membuat musim dingin di hati Rara seketika berhenti. Apakah ini pertanda di mulainya musim semi di hatinya?

"Ra, terus tatap gue kayak gini! kalau lo takut, lo bisa genggam erat tangan gue." Irfan menegadahkan tangannya, Rara menuruti sugesti Irfan dan mengaitkan jari jemarinya di sela-sela jari Irfan. Saat Irfan mulai membacakan nama mamahnya ia menggenggam erat tangan besar itu.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now