Bagaimana sekolah kalian? Apakah menyenangkan atau justru menakutkan?
Bagaimana jadinya jika sekolah kita memiliki sistem kasta untuk mengklarifikasi murid?
SMA Bina Karya adalah Sekolah swasta di tengah kota kecil. Meskipun demikian sekolah ini sud...
Ia mengedarkan pandangannya dan menatap sosok jangkung tengah tersenyum di depan gerbang rumahnya. Lesung pipinya melambai menyambut kedatangannya.
"Ra, dari mana aja lo? Gue nyari-nyari di rumput sono kagak ada"
"Ngapain nyari gue ke sana? Emang gue belalang?"
"Lah lo kan demen diem di sono" goda Irfan seraya menahan tawa. Padahal Rara tak ingin tertawa namun melihat wajah Irfan membuatnya terpancing.
"Ngapain nyari gue?"
"Kangen."
"Apaan sih! Serius dong, Fan."
"Ya, ini serius" lesungnya kembali muncul.
"Ngapain kesini? Kan bisa lewat wa aja."
"Lo gak on kuya."
"Yaudah, mumpung gue depan muka lo sekarang bilang mau ngapain!" Suruh Rara.
"Kagak disuruh masuk? Ada tamu tuh persilahkan masuk dulu, suruh duduk, kasih minum baru tanya maksud kedatangannya," tutur Irfan. Sebagai murid teladan Rara segera menerapkan pelajaran dari Irfan, dengan gesit ia membuka pintu gerbang.
"Silahkan masuk pangeran kodok," ucap Rara dengan senyum yang dipaksakan, ya sejujurnya Rara lelah dan ingin rebahan namun kini justru mendapat tamu tak di undang.
"Gitu dong, dari tadi kek" Irfan segera memasuki rumah Rara, matanya mengedar memperhatikan sekeliling. Siapapun akan terpukau dengan rumah sederhana namun unik ini.
"Siapa yang desain rumah lo?" Tanya Irfan.
"Bokap gue, emangnya kenapa?"
"Indah banget, sekali pandang gue langsung tau makna rumah ini."
"Makna apaan?"
"Bokap lo berharap keluarga kecilnya akan hidup bahagia dalam kesederhanaan, itu sih yang gue liat. Ayo masuk!" Ajak Irfan.
"Lah ini kan rumah gue, kenapa jadi kayak lo tuan rumahnya?" Tanya Rara segera menyusul.
"Fan..." Ucapan Rara terhenti karena Shopia tampak berbincang dengan Irfan.
"Kakak kamu udah ketemu, jadi abang balik lagi," jelas Irfan. Namun Shopia hanya tersenyum pada lelaki itu, ia tak lagi menatap Rara.
"Dia kenapa?" Monolog Rara, apakah dia lupa pertengkaran mereka tadi pagi? Rara, ayo berbaikan.
"Bang Irfan anggap rumah sendiri aja yah, kalau butuh apa-apa panggil aja okey!"