23. Sting

71 65 97
                                    

🐝🐝🐝

Hari minggu yang cerah, terdengar ramai suara kendaraan berlalu lalang. Hal itu seketika membuat Rara terbangun dari tidurnya.

"Kenapa banyak kendaraan lewat? Bunganya gimana?" Ia pun bangkit dengan susah payah karena sekujur tubuhnya sakit akibat olahraga kemarin.

"Ah badan gue remuk, padahal gue tiap hari jalan kaki tapi kenapa selalu kek gini?," Katanya merengek.

Dilihatnya Shopia masih tertidur pulas, kini ia keluar bak zombie dalam film namun tak mendapati siapapun disana. Ia lantas menuju wastafel di kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya.

"Orang-orang pada kemana?," Tanyanya heran, ia segera menuju dapur dan menuangkan segelas air putih. Ia mengamati dapurnya yang kini lebih bersih dari biasanya. Matanya mendapati secarik kertas yang tertempel di pintu kulkas.

"Ibu sama ayah ada urusan mendadak, ibu udah siapin sarapan di meja makan. Awas harus abis! Kalau sampai sore ibu belum pulang, kalian masak aja yah! inget yang akur jangan berantem!❤"

"Kenapa selalu nulis kek gini padahal kan bisa lewat wa aja, harusnya bangunin aja lebih easy kan?" Kata Rara diiringi helaan napas.

Dia menghampiri meja makan dan menatap lauk pauk diatasnya, perutnya langsung bereaksi namun ia tersadar dengan tujuannya bangun. Ya, dia ingin mengecek keadaan si bunga aspal-sahabatnya.

Dia berjalan keluar dengan buru-buru bahkan sandal jepitnya sampai terlepas. Dia terus berjalan menyusuri jalanan yang kini lenggang tanpa menyadari ia masih memakai piyama dengan rambut cepol.

"Wahhh!!" Tiba-tiba Rara berteriak heboh, ia heran karena bunga itu masih berdiri kokoh diatas aspal.

"Wah! padahal tadi banyak kendaraan lewat lho, good job bunga thanks karena udah survive" katanya seraya mengelus bunga itu.

"Apa aku bisa sekuat kamu? Apa aku bisa bertahan? Padahal belum dimulai tapi aku merasa sudah menyerah" monolog Rara. Bulan sabit telah menghilang dari matanya begitu juga dengan senyum di bibirnya.

Suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, sebuah kepala mulai tampak dari balik tikungan. Rara mempertajam penglihatannya, dalam sekejap matanya membulat. Ia menangkap seseorang yang dikenalnya, orang itu adalah Bahy.

"Oh my gosh! Ngapain dia kemari pagi-pagi gini? Gue belum mandi, ah cuek aja yah? Gue gak bau kok" oceh Rara yang panik namun tubuhnya refleks menerjang semak-semak di pinggir jalan. Sungguh Kasihan tanaman itu sudah diganggu Rara di pagi hari.

Dari balik semak dia melihat Bahy semakin mendekati bunga itu, dia berjongkok dan tersenyum kepada bunga kenikir berwarna pink. Melihat hal itu tentu saja membuat Rara ingin tertawa, namun sekuat tenaga ia menahannya.

"Hai bunga! Kita ketemu lagi, jangan-jangan jodoh" mendengar perkataan Bahy membuat sel-sel tawa ditubuh Rara membuncah.

"Kamu kuat banget yah bunga, tumbuh semakin cantik yah kayak temen kamu"

"Coba omongin langsung depan gue, Hy" batin Rara yang kini mulai tersipu. Saking saltingnya habislah rumput yang ada disana ia cabuti.

Berada di rerumputan dengan bunga mekar seperti ini memang pilihan yang bagus, ia bisa berkamuflase dan mendengar perkataan manis Bahy Rafardhan.

Seekor lebah betina hinggap di kelopak bunga kenikir. Lebah pekerja ini menghisap madu semampu yang ia bisa. Namun, bahaya mendekat tatkala temannya datang bergerombol. Bagaimana ini? Bagaimana jika Rara disengat?.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now