Prolog : Nightmare

269 174 232
                                    

Karya ini real hasil karangan author sendiri, apabila ada kesamaan nama tokoh atau kejadian itu hanya kebetulan saja. Untuk menghargai author, mohon jangan plagiat karya ini. Author sangat menghargai apabila kalian berkenan membaca cerita ini sampai akhir. Jangan lupa tinggalkan jejak, karena itu membuatmu terlihat🤭.
Salam hangat dari Zani and..

Salam hangat dari Zani and

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝🐝🐝

Malam hari yang sunyi, rintik air hujan turun mengisi kesunyian kala itu. Angin berembus kencang menerpa tirai abu-abu.

Samar-samar terdengar tangisan seorang wanita di pojok kamar. Mungkin dia sangat berterima kasih pada hujan, berkatnya dia tak perlu khawatir orang akan mendengar tangisannya.

Hanya cahaya lampu tidur yang menerangi kegelapan. Remang-remang terlihat sebotol obat di atas meja. Wanita itu terisak, tangisnya semakin menjadi. Apa yang membuatnya menangis?

Ceklek

Suara pintu terbuka menampakkan seorang anak kecil dengan piyama motif lebah. Anak berambut panjang itu tampak membawa sebuah buku cerita. Apakah ini waktunya dongeng sebelum tidur? Oh tidak! Ini bukan waktu yang tepat.

"Mah.. mamah" wanita yang sedang menunduk pun menoleh, dengan gesit ia menyeka air matanya.

"Mamah nangis?" anak itu tampak khawatir.

Menyadari bahwa ia harus tampak kuat di depan anaknya, wanita itu pun tersenyum dan menyambut anak perempuannya dengan kedua tangan terbentang. Tanpa ragu anak itu duduk di pangkuannya sementara sang ibu mendekapnya dengan kasih sayang.

"Kenapa mamah sedih? Mamah sakit?"

Anak itu menyentuh dahi ibunya. Ia pun beranjak dan mengambil sebotol obat di atas meja.

"Minum ini mah!" anak itu memberikannya dengan perasaan riang, sementara ibunya tersenyum simpul.

"Tidak! Jangan!" Terdengar suara perempuan entah dari mana asalnya.

"Mamah harus minum obat yang banyak biar cepet sembuh," sambung si anak membujuk.

"Jangaaaaan!" Sekali lagi teriakan perempuan tak dikenal itu bergema.

Seperti kesakitan anak itu segera menutup telinganya. Sang ibu menghampirinya dengan panik. Anak itu pun menoleh dengan tatapan menakutkan.

Bugggg!!

Tiba-tiba pintu tertutup dengan keras.

"Jangaannnnnnn!!"

Teriak perempuan itu sambil terbangun dari tidurnya. Dia berusaha mengatur napas dan menyeka keringat di dahinya.

"Ke-napa mim-pi itu mun-cul lagi?"

Napasnya memburut, dadanya terasa sesak. Ia pun memukulnya namun tak kunjung membaik.

"Hentikannnnn.." rengeknya yang kini menutup telinga sambil meremas kuat surai panjangnya.

Matanya kini melirik handphone yang tergeletak di samping tempat tidur. Dengan cepat, ia memasangkan earphone kabel itu ke telinga.

Entah apa yang di dengarnya, karena tiba-tiba air matanya menetes-mengalir membasahi wajah cantiknya.

"Gue tau itu salah gue, Tapi apa gue memang gak pantas bahagia?."

🐝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐝

🐝

🐝

Gimana prolognya? bikin penasaran gak? (semoga🤲). Bisakah Rara mengobati traumanya ini? daripada bertanya-tanya yuk lanjut part 1.

Hi Rarala [✓]Where stories live. Discover now